JAKARTA - Isu transisi energi menjadi sorotan utama dalam upaya Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Pemerintah Indonesia dinilai masih kurang serius dalam melakukan peralihan menuju sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Bondan Andriyanu, Climate Energy Team Leader Greenpeace Indonesia, yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ketergantungan Indonesia pada batu bara dalam bauran energi nasional. Menurut Bondan, ini adalah tantangan besar yang harus segera diatasi jika Indonesia ingin memenuhi target emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060.
Masih Tingginya Ketergantungan pada Batu Bara
Dalam pernyataannya pada Selasa, 18 Maret 2025, Bondan menilai bahwa pemerintah Indonesia belum menunjukkan komitmen yang jelas untuk beralih dari energi fosil, khususnya batu bara, ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. “Saya masih belum melihat adanya keseriusan pemerintah ke energi bersih. Saat ini, sekitar 60 persen energi kita berasal dari batu bara,” kata Bondan.
Batu bara, yang merupakan sumber energi fosil paling dominan di Indonesia, telah lama menjadi tulang punggung sektor energi nasional. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), ketergantungan terhadap batu bara masih menjadi tantangan besar dalam upaya transisi energi.
Urgensi Mengurangi Dampak Perubahan Iklim
Bondan menekankan bahwa untuk mengurangi dampak perubahan iklim, salah satu langkah paling penting adalah mengalihkan sumber energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Perubahan ini, menurutnya, memerlukan komitmen kuat dari pemerintah, yang tidak hanya berbicara dalam wacana tetapi juga diiringi dengan tindakan nyata.
“Jika ingin mendapatkan pendanaan atau investasi dari dunia global, maka dibutuhkan keseriusan dari pemerintah untuk melakukan transisi energi,” ujar Bondan, merujuk pada pentingnya dukungan internasional dalam transisi menuju energi bersih.
Pemerintah Indonesia, menurut Bondan, harus menyadari bahwa negara-negara di seluruh dunia semakin menuntut pengurangan emisi karbon dan lebih memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus lebih agresif dalam memanfaatkan potensi sumber energi terbarukan, yang tidak hanya menguntungkan secara ekologis tetapi juga bisa menjadi pendorong ekonomi jangka panjang.
Tantangan Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia
Seiring dengan tuntutan global untuk mengurangi emisi karbon, wacana pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus bergulir. Namun, Bondan mengkritik beberapa solusi yang diusulkan, seperti pengembangan energi nuklir dan gas, yang menurutnya bukan merupakan solusi yang tepat untuk Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
“Ada wacana EBT yaitu nuklir dan gas, menurut saya itu solusi palsu,” tegasnya. Menurut Bondan, solusi nyata yang perlu dikembangkan adalah energi terbarukan yang berbasis pada sumber daya alam yang lebih ramah lingkungan, seperti tenaga surya, angin, hidro, dan biomassa.
Pengembangan energi nuklir, meskipun bisa menghasilkan energi yang relatif bersih, masih menghadapi tantangan besar terkait masalah keselamatan, pengelolaan limbah radioaktif, dan biaya investasi yang tinggi. Sedangkan energi gas, meskipun lebih bersih dibandingkan batu bara, tetap menghasilkan emisi karbon yang berpotensi merugikan bagi lingkungan dalam jangka panjang.
Dana Energi Terbarukan Nusantara sebagai Solusi Pembiayaan Transisi Energi
Sebagai alternatif untuk mendukung transisi energi yang lebih bersih, Bondan menyarankan agar Indonesia memanfaatkan berbagai sumber pembiayaan yang tersedia, salah satunya adalah Dana Energi Terbarukan Nusantara (Danantara). Dana ini, menurut Bondan, dapat dimanfaatkan untuk mendanai berbagai proyek energi terbarukan di Indonesia, yang secara langsung dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
“Keberadaan Danantara bisa menjadi salah satu solusi untuk mendukung pembiayaan proyek energi terbarukan. Ini adalah kesempatan yang sangat penting untuk memulai transisi energi yang lebih bersih di Indonesia,” lanjut Bondan.
Danantara adalah program yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk memfasilitasi pendanaan bagi pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk menarik investor global dan mendukung sektor energi terbarukan agar berkembang pesat, sehingga transisi energi yang berkelanjutan dapat terwujud dalam jangka panjang.
Pelajaran dari Negara Lain: Vietnam sebagai Contoh Sukses
Bondan juga menyoroti kesuksesan negara lain dalam melakukan transisi energi. Vietnam, misalnya, telah berhasil beralih ke penggunaan energi terbarukan dengan lebih efektif, meskipun memiliki tantangan serupa dalam hal ketergantungan pada energi fosil. Keberhasilan Vietnam, menurut Bondan, seharusnya menjadi inspirasi bagi Indonesia.
“Kita lihat saja negara lain yang sukses dengan transisi energi seperti Vietnam. Mereka sukses dengan penggunaan energi terbarukan,” ujarnya. Vietnam telah berhasil mengurangi ketergantungan pada batu bara dengan berinvestasi besar-besaran dalam sektor energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Hal ini juga berdampak positif terhadap perekonomian Vietnam, yang kini semakin menarik bagi investor internasional.
Komitmen Pemerintah dan Tantangan di Masa Depan
Kritik Bondan Andriyanu terhadap pemerintah Indonesia ini menjadi pengingat penting bahwa transisi energi bukan hanya masalah teknis atau kebijakan sektoral, tetapi juga tantangan global yang memerlukan komitmen kuat dan kolaborasi antara berbagai pihak. Pemerintah Indonesia perlu mempercepat proses transisi ini agar tidak tertinggal dalam upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim dan mencapai target emisi nol bersih pada 2060.
Penting untuk diingat bahwa peralihan ke energi bersih tidak hanya akan membantu Indonesia mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas udara serta kesehatan masyarakat.
Dengan komitmen yang lebih kuat dari pemerintah dan dukungan dari sektor swasta serta masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara, yang pada gilirannya akan memperkuat posisi Indonesia dalam komunitas global yang semakin mengutamakan keberlanjutan.