Kamis, 11 September 2025

Investor Asing Tinggalkan Pasar Modal Indonesia: Faktor Global dan Kebijakan Tarif Menjadi Penyebab Utama

Investor Asing Tinggalkan Pasar Modal Indonesia: Faktor Global dan Kebijakan Tarif Menjadi Penyebab Utama
Investor Asing Tinggalkan Pasar Modal Indonesia: Faktor Global dan Kebijakan Tarif Menjadi Penyebab Utama

JAKARTA - Pasar modal Indonesia mengalami tekanan yang signifikan dalam dua bulan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam, menempatkannya sebagai salah satu bursa dengan performa terburuk di kawasan Asia Tenggara, hanya berada satu tingkat di atas Thailand. Meskipun IHSG melesat naik 2,37% pada perdagangan hari Rabu (5/3), mencapai level 6.531,40, tekanan dari investor asing yang terus melakukan penjualan saham merupakan sinyal kekhawatiran terhadap kondisi global.

Selama perdagangan hari tersebut, nilai transaksi mencapai Rp13,32 triliun dengan total volume perdagangan 21,70 miliar saham dari 1,03 juta kali transaksi. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, 438 saham mencatat kenaikan, 195 turun, dan 322 saham stagnan.

Namun, yang menjadi sorotan adalah aksi jual bersih investor asing yang mencapai sekitar Rp78,34 miliar di seluruh pasar dan Rp197,00 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Di sisi lain, ada pembelian bersih sekitar Rp118,66 miliar oleh investor asing, menunjukkan ketidakpastian yang tetap kuat dalam pasar modal Indonesia.

Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, penurunan ini lebih disebabkan oleh faktor global. "Pasar modal kita memang belum sepenuhnya kebal terhadap dinamika global, khususnya kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh negara-negara besar seperti Amerika Serikat," jelasnya.

Pengaruh Kebijakan Dagang AS dan Tiongkok

Awal Februari menandai permulaan penjualan bersih asing dengan penerapan kebijakan tarif baru oleh Presiden AS, Donald J. Trump. Kebijakan ini mencakup tarif impor baru kepada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok yang pertama kali ditandatangani pada 3 Februari. Saat itu, IHSG sempat jatuh hingga 2,54%. Lebih lanjut, pada 6 Februari, Tiongkok membalas kebijakan Trump, diikuti oleh Federal Reserve yang memberi sinyal kebijakan suku bunga yang akan tetap tinggi untuk beberapa waktu.

Rentetan peristiwa ini mendorong investor asing untuk menjual lebih dari Rp2 triliun saham, memperlihatkan kekhawatiran investor terhadap risiko pasar yang meningkat.

Rebalancing MSCI dan Tekanan Berkelanjutan

Masalah semakin diperparah dengan pengumuman rebalancing dari MSCI Indonesia Investable Market Index pada 7 Februari, yang tidak menyertakan sejumlah emiten unggulan. Perubahan ini menambah tekanan pada IHSG, yang kala itu merosot hingga 3,29%. Kondisi ini tidak lepas dari penjualan saham oleh investor asing yang terus berkelanjutan, seiring dengan tekanan global yang datang silih berganti.

Pada tanggal 11 Februari, Trump kembali meningkatkan ketegangan dengan menetapkan tarif baru atas produk aluminium dan baja. Momen penguatan sesaat tercipta pada 14 Februari dengan investor asing mencatat pembelian bersih sekitar Rp1 triliun, tetapi tren penjualan melanjutkan kembali tidak lama setelahnya.

Penurunan Peringkat MSCI dan Serangkaian Kebijakan Tarif

Situasi kembali memanas ketika pada 24 Februari, investor asing mencatatkan penjualan bersih hampir mencapai Rp4 triliun. Keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW) pada 25 Februari juga memberikan dampak yang signifikan pada IHSG, yang turun hingga 2,52%.

"Penurunan peringkat dari Morgan Stanley jelas memengaruhi persepsi investor terhadap daya tarik pasar modal Indonesia," ungkap Iman Rachman mengenai situasi tersebut.

Selain itu, pada 27 Februari, pengaruh dari penurunan peringkat tambah diperberat oleh ancaman tarif 25% oleh Trump kepada Uni Eropa, yang menyebabkan net sell investor asing lebih dari Rp1 triliun. Keadaan menjadi semakin genting ketika pada 28 Februari, investor asing melepas saham senilai Rp2,91 triliun, berbarengan dengan pengumuman peningkatan tarif dagang untuk Meksiko, Kanada, dan barang-barang impor Tiongkok oleh pemerintah AS.


Kombinasi kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah AS, kebijakan moneter global yang ketat, dan keputusan Morgan Stanley untuk menurunkan peringkat saham Indonesia, semuanya berperan dalam menekan pasar modal Indonesia dan mendorong investor asing untuk meninggalkan pasar. "Kami masih optimis, dengan pembenahan di berbagai aspek dan peningkatan kondisi ekonomi domestik, pasar modal Indonesia akan kembali menarik bagi investor asing," pungkas Iman Rachman.

Kedepannya, pelaku pasar berharap konsistensi dalam kebijakan ekonomi domestik serta respons strategis terhadap dinamika global dapat memulihkan kepercayaan investor asing terhadap pasar modal Indonesia. Tindakan ini diharapkan dapat mengembalikan posisi IHSG ke tren positif dan menarik kembali invasi modal dari luar negeri.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

KUR BCA 2025 Permudah Modal UMKM Indonesia

KUR BCA 2025 Permudah Modal UMKM Indonesia

KUR BNI 2025 Bantu UMKM Tumbuh Dengan Mudah

KUR BNI 2025 Bantu UMKM Tumbuh Dengan Mudah

KUR Mandiri 2025 Mudahkan UMKM Kembangkan Usaha

KUR Mandiri 2025 Mudahkan UMKM Kembangkan Usaha

Tabungan Emas Pegadaian Kini Mudah Dan Bebas Pajak

Tabungan Emas Pegadaian Kini Mudah Dan Bebas Pajak

Kenali 4 Manfaat Asuransi Untuk Hidup Lebih Tenang

Kenali 4 Manfaat Asuransi Untuk Hidup Lebih Tenang