Rabu, 10 September 2025

Indonesia Optimalkan Hilirisasi Nikel untuk Tingkatkan Pendapatan Negara

Indonesia Optimalkan Hilirisasi Nikel untuk Tingkatkan Pendapatan Negara
Indonesia Optimalkan Hilirisasi Nikel untuk Tingkatkan Pendapatan Negara

JAKARTA - Indonesia, yang dikenal sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, kini dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang besar untuk mengoptimalkan kekayaan alamnya guna meningkatkan pendapatan negara. Hilirisasi produk nikel menjadi sorotan utama para pelaku industri dan akademisi, sebagai langkah penting menuju peningkatan nilai tambah ekonomi. Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc, mengungkapkan pandangan mendalam tentang pentingnya hilirisasi nikel ini pada sebuah acara simposium nasional bertema “Hilirisasi Nikel Indonesia” yang digelar di Makassar.

“Kita ini dalam kegemasan, kita yang hasilkan nikel kemudian bahan bakunya kita kirim ke luar. Setelah jadi produknya justru kita impor lagi ke Indonesia," ujar Prof Jamaluddin Jompa, yang juga dikenal sebagai Prof JJ. Pandangan ini mencerminkan kekecewaan sekaligus motivasi untuk mendorong perubahan paradigma dari eksportir bahan mentah menuju pembuat dan pengekspor produk jadi.

Kekayaan Alam yang Belum Teroptimalisasi

Indonesia diberkati dengan kekayaan nikel yang melimpah, tersebar di berbagai wilayah seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Berdasarkan data dari United States Geological Survey, produksi nikel Indonesia mencapai 1,8 juta ton dari total 3,6 juta ton produksi nikel dunia pada tahun 2023. Meskipun menjadi produsen terbesar, Indonesia selama ini lebih banyak mengekspor bahan mentah ketimbang produk jadi yang memiliki nilai lebih tinggi di pasar global.

“Kita memiliki peluang besar untuk menjadi negara penentu harga nikel di pasar dunia. Namun, untuk mencapai itu, kita harus memperkuat kolaborasi, teknologi, dan inovasi,” tambah Prof JJ. Ia menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor, baik dari pemerintah, akademisi, maupun industri sebagai langkah strategis untuk mengelola sumber daya alam dengan lebih baik.

Peran Bursa Berjangka dalam Optimalisasi Nikel

Tirta Karma Senjaya, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menegaskan pentingnya perdagangan nikel melalui bursa berjangka di Indonesia. Langkah ini merupakan salah satu instrumen penting untuk mengoptimalkan perdagangan nikel, meningkatkan pendapatan negara, serta memberi posisi tawar yang lebih kuat bagi Indonesia di kancah global.

“Sebagai produsen sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia harus mengoptimalkan perdagangan nikel untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat ini, harga nikel masih mengacu pada bursa luar negeri sehingga diperlukan harga referensi sendiri,” ujar Tirta dalam sebuah pernyataan.

Pengadaan harga acuan sendiri bagi nikel di pasar nasional diyakini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong hilirisasi, penguatan pasar dalam negeri, serta meningkatkan pasar ekspor.

Tantangan Harga dan Persaingan Global

Meski peluang hilirisasi dan perdagangan berjangka menjanjikan, tantangan dalam penetapan harga nikel Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan harga yang signifikan antara harga nikel Indonesia dengan harga internasional. Ini menjadi salah satu hambatan serius yang harus segera diatasi.

“Indonesia sudah punya harga patokan mineral (HPM) nikel, namun gap-nya dengan harga internasional masih sekitar 40 persen. Tantangan ini perlu segera diatasi,” ungkap Meidy. Kondisi ini diperburuk dengan peraturan internasional yang semakin ketat, seperti yang diterapkan oleh Uni Eropa yang mewajibkan setiap baterai yang masuk harus memiliki paspor baterai dengan penilaian ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) pada 2027.

Menuju Masa Depan yang Lebih Mandiri

Pemerintah beserta semua pemangku kepentingan kini dihadapkan pada tugas besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri nikel global, tidak hanya dari sisi produksi tetapi juga pengolahan dan penjualan produk jadi. Dengan inovasi teknologi dan kolaborasi, Indonesia berpotensi tidak hanya sebagai pemasok bahan baku tetapi juga sebagai pusat pengembangan teknologi baterai listrik masa depan.

“Kita butuh lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Sudah saatnya kita balik, bukan lagi sebagai pengimpor namun sebagai pengekspor karena kita yang memiliki sumber daya alam,” tekan Prof JJ mengakhiri wawancaranya.

Sebagai salah satu pengguna nikel terbesar adalah industri baterai kendaraan listrik yang diproyeksikan akan terus tumbuh pesat. Indonesia berpotensi menjadi negara produsen baterai terbesar dunia, yang tentunya juga akan memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan yang luas.

Pendekatan yang lebih koheren dan terkonstruktif dari semua pihak sangat diperlukan untuk memaksimalkan potensi hilirisasi nikel, agar kedepannya Indonesia dapat berdiri lebih mandiri dan berdaulat atas hasil kekayaan alamnya. Optimalisasi ini tidak hanya bertujuan untuk peningkatan pendapatan negara, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk mendorong kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

Sinergi Asperindo Dishub Perkuat Layanan Logistik Pontianak

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

PLTS Hybrid PHR Permudah Belajar di SLB Rumbai

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Balikpapan Tawarkan 5 Rumah Murah Strategis Dekat IKN

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global

Pertamina NRE Perkuat Kolaborasi Energi Bersih Global