
JAKARTA - Pasar modal Indonesia menutup perdagangan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedikit menguat sebesar 0,22% ke level 6.803. Namun, tidak semua emiten LQ45 bersinar pada hari tersebut. Saham BBNI, ANTM, dan UNVR, yang menjadi top losers, justru mengalami pelemahan di tengah penguatan IHSG.
BBNI: Terkikis oleh Tekanan Pasar
Saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Saham BBNI ditutup di level Rp 4.300 per saham, merosot 3,59% dari penutupan yang berada di harga Rp 4.460. Sebelumnya, BBNI dibuka pada harga Rp 4.410, di bawah harga penutupan sebelumnya. Sepanjang hari, harga saham BBNI sempat menyentuh titik tertinggi di Rp 4.440 dan terendah di Rp 4.300.
Dalam seminggu terakhir, harga saham BBNI mencatatkan penurunan 1,60% dibandingkan dengan harga satu minggu sebelumnya di Rp 4.370. Sementara itu, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, saham BBNI telah anjlok sebesar 28,33% dari harga Rp 6.000. Total nilai transaksi BBNI di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 304,00 miliar dengan volume perdagangan 701.154 lot.
Seorang analis pasar modal menilai bahwa penurunan ini disebabkan oleh sentimen eksternal yang mempengaruhi sektor perbankan. "Kondisi makroekonomi global yang tidak stabil turut memberikan tekanan pada saham perbankan domestik," ujar seorang analis yang enggan disebutkan namanya.
UNVR: Pelemahan Lebih dari 4%
Sementara itu, Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga menutup hari perdagangan dengan penurunan tajam. Saham UNVR berakhir di harga Rp 1.290 per saham, turun sebesar 4,44% dari Rp 1.350 pada penutupan hari sebelumnya. Harga saham UNVR dibuka di bawah harga penutupan Kamis, pada posisi Rp 1.345. Sepanjang perdagangan Jumat, UNVR sempat mencapai harga tertinggi Rp 1.355 dan terendah Rp 1.290.
Dalam periode satu minggu terakhir, saham UNVR mengalami penurunan sebesar 11,95% dibandingkan dengan harga Rp 1.465 pada tanggal 14 Februari 2025. Nilai transaksi UNVR di BEI sebesar Rp 49,00 miliar dengan volume perdagangan mencapai 374.246 lot.
"Dalam jangka panjang, kami melihat ada tekanan yang konsisten pada sektor konsumer seiring dengan perubahan perilaku konsumen dan ketidakpastian ekonomi," jelas seorang analis sektor konsumer.
ANTM: Hampir Turun 4%
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) juga tidak terhindar dari pelemahan. Harga saham ANTM ditutup di angka Rp 1.620 per saham, turun 3,86% dari penutupan sebelumnya di Rp 1.685. Saham ANTM dibuka pada harga yang sama dengan penutupan Kamis sebelum akhirnya turun. Pada perdagangan Jumat, ANTM mencatatkan harga tertinggi di Rp 1.685 dan terendah di Rp 1.620.
Meskipun begitu, dalam hitungan mingguan, saham ANTM tercatat mengalami kenaikan sebesar 5,88% dibandingkan harga satu minggu sebelumnya di Rp 1.530. Secara tahunan, saham ANTM telah meningkat 10,20% dari posisi harga Rp 1.470 per saham. Nilai transaksi saham ANTM mencapai Rp 123,40 miliar dengan volume perdagangan 753.448 lot.
Menurut salah satu analisis pasar, ANTM mendapat tekanan dari fluktuasi harga komoditas global yang menjadi komponen utama pendapatan perusahaan. "Pergerakan harga komoditas seperti nikel dan emas mempengaruhi secara signifikan pada kinerja saham ANTM," kata salah satu analis komoditas di Jakarta.

David
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025