JAKARTA - Dalam upaya mewujudkan ekonomi sirkular, pengelolaan baterai bekas kendaraan listrik menjadi fokus penting yang harus direalisasikan oleh para pemangku kepentingan. Pernyataan ini disampaikan oleh Jessica Hanafi, Founder & Principal PT Life Cycle Indonesia, dalam diskusi kebijakan yang digelar oleh Low Carbon Development Indonesia.
Kendaraan listrik telah diidentifikasi sebagai salah satu komponen kunci dalam rencana aksi global untuk mendorong ekonomi hijau. Dengan meningkatnya penetrasi kendaraan listrik di pasar, kebutuhan akan baterai pun kian mendesak. Sejalan dengan itu, pendekatan ekonomi sirkular, termasuk proses daur ulang baterai, harus diterapkan secara holistik.
“Apabila baterai yang telah mencapai umur optimum—yakni sekitar tujuh sampai delapan tahun—tidak dikelola dengan baik, kita akan dihadapkan pada tantangan lingkungan yang serius. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita menangani baterai yang sudah tidak terpakai ini?” ujar Jessica dalam diskusinya yang disiarkan secara daring.
Daur Ulang sebagai Solusi
Selain baterai, Jessica juga menyoroti pentingnya pengelolaan komponen lain dari kendaraan listrik. Menurutnya, sektor elektronik secara keseluruhan memerlukan langkah konkret menuju penerapan ekonomi sirkular.
“Kita tidak hanya berbicara soal kendaraan listrik. Industri elektronik secara keseluruhan juga membutuhkan perhatian. Kita harus bisa menerapkan prinsip ekonomi sirkular lebih jauh,” tambahnya.
Dengan kendaraan listrik yang mencapai akhir masa pakainya, proses pembongkaran dan pemilahan menjadi langkah penting. Material seperti baja, aluminium, dan plastik dapat didaur ulang untuk digunakan kembali sebagai bahan baku. Baterai, di sisi lain, perlu melalui proses khusus untuk mengekstraksi material berharga seperti litium dan kobalt. Proses ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan mentah baru dan meminimalkan dampak lingkungan.
Metode Pengolahan Baterai Bekas
Ada tiga pendekatan utama dalam pengolahan baterai bekas, yakni pyrometallurgy, hydrometallurgy, dan daur ulang langsung. Jessica menjelaskan, setiap metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
- Pyrometallurgy: Proses ini melibatkan temperatur tinggi untuk mengekstraksi material berharga seperti kobalt, nikel, dan tembaga. Namun, kelemahan utama dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk mengekstraksi litium.
- Hydrometallurgy: Dengan memanfaatkan fluida, metode ini mampu mengekstraksi litium, kobalt, dan nikel. Ini menjadikannya pilihan yang lebih serbaguna dibandingkan pyrometallurgy.
- Daur Ulang Langsung: Metode ini mencoba menggunakan kembali material katoda secara langsung tanpa melalui proses pemrosesan ulang. Pendekatan ini menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dalam daur ulang.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Daur ulang baterai kendaraan listrik tidak hanya bermanfaat dari segi lingkungan, tetapi juga secara ekonomi. Menggunakan kembali material dari baterai bekas dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baku baru, yang berarti pengurangan biaya material dan dampak ekstraksi pada lingkungan.
Jessica menekankan bahwa dengan memaksimalkan pemanfaatan material, kita dapat menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan. “Dengan menerapkan metode daur ulang yang tepat, kita mampu mengurangi dampak negatif pada lingkungan sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru dari material yang ada,” jelasnya.
Aksi Kolektif untuk Ekonomi Sirkular
Jessica mengajak para pelaku industri dan pemangku kepentingan untuk lebih serius dalam menangani limbah baterai kendaraan listrik. Dia menekankan pentingnya kerjasama berbagai pihak untuk mencapai tujuan ini.
Kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam penerapan ekonomi sirkular sangat penting. Kita punya kesempatan untuk memimpin dalam inovasi daur ulang dan pengelolaan limbah elektronik,.
Dalam konteks global, Indonesia memiliki posisi strategis dengan 45% bahan baku baterai dunia berasal dari tanah air. Sayangnya, saat ini sebagian besar pengolahan bahan tersebut masih dilakukan di luar negeri, seperti di Tiongkok. Jessica berharap, dengan adanya dorongan dari pihak-pihak terkait, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan pengolahan bahan baku di dalam negeri, sehingga lebih banyak nilai tambah yang dapat diperoleh.
Diskusi ini memberi titik terang tentang langkah kongkrit yang harus diambil untuk mengatasi tantangan masa depan. Ekonomi sirkular bukan lagi sekadar wacana, tetapi sebuah keharusan. Pengelolaan baterai melalui daur ulang yang efektif akan menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan dan meminimalkan dampak negatif perubahan iklim.
Aksi nyata dari semua pihak akan menentukan bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi modern untuk masa depan yang lebih baik. Bagi Jessica Hanafi, ini adalah langkah menuju masa depan di mana ekonomi tumbuh selaras dengan ekosistem bumi yang tetap lestari. "Kita punya tanggung jawab bersama untuk memastikan pemanfaatan teknologi bertanggung jawab terhadap lingkungan dan generasi mendatang," tandasnya.