
JAKARTA – Industri berat di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menurunkan emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim global. Sektor semen dan pupuk, yang merupakan tulang punggung industri nasional, dikenal sebagai penyumbang utama emisi gas rumah kaca serta konsumen energi fosil terbesar, khususnya batu bara. Namun, di balik tantangan ini, Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadi pemimpin regional dalam produksi semen hijau dan green ammonia, produk ramah lingkungan yang semakin diminati pasar global.
Laporan terbaru dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) berjudul Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025 menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin transisi industri menuju keberlanjutan, terutama di kawasan Asia Tenggara. “Sebagai produsen regional utama, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam pengembangan semen hijau (green cement) yang kompetitif, sekaligus mendorong transisi industri secara berkelanjutan dan inklusif,” tulis laporan CSIS.
Industri Semen: Tantangan dan Peluang Dekarbonisasi
Baca Juga
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kapasitas produksi semen terbesar di Asia Tenggara, mencapai lebih dari 100 juta ton per tahun. Namun, sektor ini juga menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di industri nasional, bersama sektor pupuk dan baja. Menurut Via Azlia, Research Associate Climate Policy Research Unit CSIS Indonesia, ketiga sektor ini menyumbang hampir 82 persen dari total emisi industri serta mengonsumsi hingga 85 persen batu bara.
“Potensi ini dapat dioptimalkan sebagai upaya dekarbonisasi industri nasional sekaligus membuka peluang besar di pasar global yang kian menuntut produk berkelanjutan,” ujar Via Azlia.
Dalam merespons kebutuhan pasar dunia akan produk rendah emisi, sejumlah pelaku industri semen di Indonesia mulai berinovasi. PT Semen Indonesia, misalnya, telah melangkah lebih jauh dengan mengadopsi berbagai strategi untuk menghasilkan semen yang lebih ramah lingkungan. Pendekatan tersebut meliputi pengurangan penggunaan klinker, penggunaan bahan bakar alternatif, peningkatan efisiensi energi, hingga penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).
Tidak hanya itu, CSIS juga mendorong pengembangan label dan sertifikasi khusus untuk semen hijau guna meningkatkan transparansi emisi produk. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya saing produk semen Indonesia di pasar global, sekaligus memberikan kepastian bagi konsumen terkait jejak karbon produk.
Inovasi di Sektor Pupuk: Green Ammonia sebagai Solusi
Sektor pupuk di Indonesia, khususnya produksi pupuk urea, juga tengah mengalami transformasi untuk mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen pupuk urea terbesar di kawasan, meski masih mengimpor jenis pupuk lain.
Inovasi terbesar di sektor ini adalah pengembangan green ammonia, yang diproduksi oleh PT Pupuk Indonesia. Produk ini tidak hanya berfungsi sebagai pupuk ramah lingkungan, tetapi juga mulai dipertimbangkan sebagai bahan bakar alternatif untuk sektor kelistrikan dan maritim.
Tren global menunjukan bahwa green ammonia semakin diperhitungkan dalam strategi dekarbonisasi di negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa. Menyadari hal ini, Indonesia mulai membangun posisi strategis dalam rantai pasok global green ammonia berkat cadangan energi terbarukan yang melimpah serta pengalaman panjang di bidang produksi pupuk urea.
Salah satu langkah strategis Indonesia adalah peluncuran inisiatif GAIA (Green Ammonia Initiative from Aceh) yang dicanangkan oleh PT Pupuk Indonesia pada COP29 tahun 2024. Inisiatif ini menandai fasilitas pertama di dunia yang menggabungkan energi terbarukan dan konvensional dalam proses produksi amonia hijau.
Peluang Ekonomi Hijau dan Tantangan Kebijakan
Melalui inovasi dan strategi produksi ramah lingkungan ini, Indonesia tidak hanya menghadapi tantangan pengurangan emisi, tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan ekonomi hijau yang inklusif dan kompetitif. Namun, keberhasilan transformasi industri ini sangat bergantung pada dukungan kebijakan yang kuat, kemitraan internasional, serta percepatan inovasi teknologi.
CSIS menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi investasi dan pengembangan teknologi hijau. “Tanpa kebijakan yang mendukung dan kerjasama internasional, peluang besar ini bisa saja hanya berhenti di atas kertas,” tambah Via Azlia.
Indonesia berada di persimpangan jalan penting dalam mengubah wajah industri beratnya menjadi lebih hijau dan berkelanjutan. Peluang besar dalam produksi semen hijau dan green ammonia tidak hanya relevan secara ekonomi, tetapi juga strategis untuk menghadapi krisis iklim global.
Dengan kapasitas produksi besar, sumber daya alam melimpah, dan kemauan untuk berinovasi, Indonesia berpotensi menjadi pelopor industri hijau di Asia Tenggara. Ke depan, langkah kolaboratif antara pemerintah, industri, dan komunitas internasional akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan visi tersebut, sekaligus mengantarkan Indonesia ke era industri berkelanjutan yang ramah lingkungan dan kompetitif di pasar global.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025