Puluhan Kapal Penyeberangan Disiagakan Akibat Letusan Gunung Lewotobi
JAKARTA - Dampak dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meluas. Abu vulkanik yang tersebar ke berbagai wilayah tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga memaksa sejumlah bandara di kawasan terdampak menutup operasionalnya. Sebagai respons cepat terhadap kondisi ini, puluhan kapal penyeberangan disiagakan guna memastikan kelancaran mobilitas masyarakat dan distribusi logistik.
Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) memastikan bahwa operasional penyeberangan di lintasan-lintasan strategis nasional tetap berjalan penuh. Langkah ini menjadi bagian dari upaya mitigasi dampak bencana vulkanik, serta dukungan terhadap sektor transportasi dan pariwisata, khususnya selama masa libur sekolah.
"Hal ini untuk menjaga kelancaran mobilitas masyarakat, distribusi logistik, serta dukungan terhadap sektor pariwisata, khususnya di masa libur sekolah," ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Gapasdap, Khoiri Soetomo, dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Juni 2025.
Baca Juga
Puluhan Armada Disiagakan di Lintasan Vital
Adapun armada penyeberangan yang disiagakan mencakup beberapa rute utama yang selama ini menjadi jalur perlintasan penting antar pulau. Di antaranya adalah lintasan Ketapang–Gilimanuk dengan jumlah kapal mencapai 54 unit. Ini merupakan salah satu lintasan tersibuk yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali.
Untuk mendukung konektivitas antara Bali dan Nusa Tenggara Barat, disiagakan pula 26 kapal di rute Padangbai–Lembar. Sementara lintasan Kayangan–Pototano, yang menghubungkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa, diperkuat dengan 28 kapal.
Tak hanya itu, dua kapal penyeberangan juga disiagakan khusus di rute Sape–Labuan Bajo, yang menjadi salah satu akses utama menuju kawasan wisata unggulan di Nusa Tenggara Timur. Sejumlah lintasan penyeberangan lain juga dipastikan tetap beroperasi sesuai jadwal reguler, sebagai langkah antisipatif terhadap lonjakan penumpang yang terdampak penutupan bandara.
Alternatif Transportasi Selama Gangguan Penerbangan
Letusan Gunung Lewotobi telah berdampak signifikan terhadap transportasi udara, menyebabkan pembatalan dan pengalihan sejumlah penerbangan di wilayah timur Indonesia. Dalam situasi darurat ini, Gapasdap menyarankan masyarakat untuk mempertimbangkan moda transportasi laut sebagai alternatif perjalanan.
"Pemesanan tiket dapat dilakukan secara daring melalui aplikasi Ferizy atau langsung di loket pelabuhan yang belum terintegrasi sistem digital," terang Khoiri Soetomo.
Dengan kemudahan sistem digital, masyarakat dapat dengan cepat mengakses informasi dan memesan tiket tanpa perlu antre di pelabuhan. Hal ini dinilai penting mengingat tingginya potensi lonjakan jumlah penumpang akibat perpindahan dari moda transportasi udara ke laut.
Armada Penuhi Standar Keselamatan
Khoiri juga menegaskan bahwa seluruh armada penyeberangan yang dioperasikan oleh anggota Gapasdap telah memenuhi standar keselamatan pelayaran dan mengikuti ketentuan minimum layanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Kami memastikan seluruh kapal telah melalui uji kelayakan dan pemeliharaan rutin. Keselamatan pengguna jasa adalah prioritas utama kami,” ujarnya.
Selain itu, Gapasdap secara aktif menjalin koordinasi dengan operator pelabuhan, pemerintah daerah, serta instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna memastikan kelancaran operasional selama masa tanggap darurat.
“Kami terus melakukan koordinasi intensif dengan seluruh pihak terkait untuk memastikan proses embarkasi dan debarkasi penumpang berjalan aman dan efisien, khususnya di pelabuhan-pelabuhan yang memiliki tingkat trafik tinggi,” tambah Khoiri.
Dukung Pariwisata di Tengah Libur Sekolah
Momen erupsi ini bertepatan dengan masa libur sekolah, yang biasanya menjadi puncak mobilitas masyarakat, baik untuk keperluan mudik lokal maupun liburan ke destinasi wisata. Kehadiran alternatif transportasi laut di tengah gangguan transportasi udara ini menjadi solusi krusial dalam menjaga kelancaran arus pergerakan orang dan barang.
Apalagi, sejumlah destinasi wisata unggulan seperti Bali, Lombok, Sumbawa, hingga Labuan Bajo merupakan kawasan yang sangat bergantung pada keterhubungan antarpulau, baik melalui udara maupun laut.
Gapasdap berharap masyarakat tidak perlu panik dan tetap bisa merencanakan perjalanan dengan memanfaatkan fasilitas penyeberangan yang tersedia. Meski demikian, masyarakat juga diimbau untuk selalu mengikuti informasi terbaru dari otoritas terkait, terutama mengenai perkembangan status aktivitas Gunung Lewotobi dan pembaruan jadwal transportasi.
Mitigasi Jangka Pendek dan Komitmen Pelayanan
Upaya ini menandai pentingnya kesiapsiagaan sektor transportasi laut dalam menghadapi kondisi darurat bencana alam yang mengganggu moda transportasi lainnya. Di tengah meningkatnya intensitas bencana geologi di Indonesia, sistem transportasi nasional dituntut untuk adaptif dan mampu menjamin kelangsungan mobilitas warga.
Kehadiran Gapasdap dalam situasi ini tidak hanya sebagai penyedia jasa transportasi, tetapi juga sebagai bagian dari ekosistem nasional dalam upaya menjaga kestabilan logistik, pergerakan manusia, serta mendukung keberlangsungan sektor-sektor lain yang sangat bergantung pada transportasi.
“Fleksibilitas dan kesiapsiagaan adalah kunci. Kami tidak hanya menyediakan armada, tetapi juga memastikan pelayanan tetap prima di tengah kondisi darurat sekalipun,” tutup Khoiri.
Dengan koordinasi yang intens dan kesiapan armada yang memadai, transportasi laut kini menjadi tumpuan utama sementara bagi masyarakat yang terdampak letusan Gunung Lewotobi, sembari menanti normalisasi jalur udara yang terganggu oleh sebaran abu vulkanik.
Rekomendasi
.jpg)
