
JAKARTA – Di balik letaknya yang jauh dari pusat kota dan berada di garis perbatasan langsung dengan Malaysia, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, justru menjadi saksi kuatnya ketahanan ekonomi masyarakat berbasis pertanian kelapa sawit. Berkat hasil dari kebun sawit, para petani di kawasan ini mampu menyekolahkan anak-anak mereka dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun harga pasar kerap fluktuatif dan akses infrastruktur masih minim.
Kevin, salah satu petani sawit yang telah bertahun-tahun mengelola kebun miliknya di perbatasan Indonesia-Malaysia, menjadi contoh nyata bagaimana sektor ini tetap menjadi tulang punggung perekonomian lokal. Meski penuh tantangan, ia tetap bertahan karena tak ada sumber penghasilan lain yang lebih menjanjikan di wilayahnya.
“Sawit ini yang menyekolahkan anak-anak saya. Dari sini juga kami beli kebutuhan rumah. Meskipun harga naik turun, tetap kami jalani,” ujar Kevin.
Baca Juga
Menurutnya, meskipun penghasilan dari hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) sering berubah-ubah karena fluktuasi harga pasar, ia mampu bertahan dengan cara mengelola lahan secara optimal dan memanfaatkan setiap musim panen dengan maksimal. Bahkan, dengan kerja keras dan ketekunan, Kevin bisa memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya.
Sawit: Tulang Punggung Ekonomi Perbatasan
Pemerintah Kecamatan Entikong mengakui bahwa mayoritas penduduk di wilayah tersebut menggantungkan hidup dari hasil perkebunan sawit rakyat. Komoditas ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan utama, tetapi juga bagian dari ketahanan sosial ekonomi yang mendasar.
Camat Entikong, Yulius Eka Suhendra, menyampaikan bahwa sawit rakyat memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat lokal. Oleh karena itu, pemerintah kecamatan terus mendorong pendampingan dan pembinaan petani sawit, termasuk memberikan pelatihan teknis serta akses terhadap pasar dan infrastruktur.
“Kami berupaya memfasilitasi petani sawit, termasuk membantu akses ke pabrik dan memberikan pelatihan. Wilayah perbatasan memiliki potensi besar yang perlu didukung secara berkelanjutan,” jelas Yulius.
Ia menambahkan, dengan perhatian pemerintah dan kolaborasi dari berbagai pihak, kesejahteraan petani sawit di perbatasan bisa terus meningkat. Upaya ini dinilai penting, tidak hanya dari sisi ekonomi, tapi juga dalam menjaga ketahanan sosial dan keamanan nasional di wilayah terluar Indonesia.
Infrastruktur Masih Jadi Kendala
Meskipun sawit terbukti mampu menopang ekonomi rumah tangga masyarakat perbatasan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam hal infrastruktur dasar. Kondisi jalan yang belum memadai menjadi hambatan utama bagi petani dalam mendistribusikan hasil panen ke pabrik atau pasar.
Kevin mengaku harus menghadapi kondisi jalan rusak saat membawa hasil panen keluar dari kebun. Hal ini menambah beban biaya dan menyulitkan dalam menjaga kualitas buah sawit. Namun demikian, ia dan petani lainnya tetap bertahan dan berharap ada perbaikan infrastruktur ke depannya.
“Kalau jalan bagus, angkut hasil panen bisa lebih cepat dan murah. Sekarang harus ekstra hati-hati. Kadang ban kendaraan rusak karena jalan berlubang,” ujarnya.
Selain jalan, fasilitas irigasi, listrik, dan konektivitas digital juga menjadi tantangan yang menghambat efisiensi produksi dan distribusi di kawasan ini. Petani berharap agar pembangunan di wilayah perbatasan tidak hanya fokus pada aspek keamanan, tetapi juga menyasar kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan keseimbangan pembangunan.
Harapan Petani untuk Dukungan Jangka Panjang
Di tengah keterbatasan yang ada, para petani sawit di Entikong tetap optimis dan berharap dukungan jangka panjang dari pemerintah pusat dan daerah. Menurut mereka, program pembinaan, kemitraan dengan pabrik kelapa sawit, serta pemberian bibit unggul dan pupuk subsidi dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
Selain itu, transparansi harga dan perlindungan terhadap petani dari permainan tengkulak juga menjadi hal yang sangat diharapkan. Dalam beberapa kasus, harga TBS di tingkat petani sangat jauh di bawah harga pasar, akibat rantai distribusi yang tidak efisien dan minimnya akses informasi.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk menjembatani kepentingan petani dengan pihak industri dan memperkuat tata kelola sawit rakyat agar lebih berdaya saing dan berkelanjutan. Pendekatan berbasis komunitas dan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga akan dimaksimalkan untuk membantu petani dalam aspek pembiayaan dan pelatihan.
Sawit, Pilar Ekonomi dan Pendidikan
Di balik tantangan yang dihadapi, kisah Kevin dan para petani lainnya membuktikan bahwa sawit bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga menjadi penopang pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang lebih layak bagi keluarga mereka. Petani di Entikong menunjukkan bahwa dengan kegigihan dan pengelolaan yang baik, hasil dari kebun sawit bisa menjadi sumber keberhasilan dalam menyekolahkan anak hingga jenjang lebih tinggi.
Di wilayah perbatasan yang selama ini seringkali dipandang sebagai daerah terluar dan tertinggal, justru muncul semangat swadaya dan kemandirian ekonomi dari warga melalui kebun-kebun sawit. Hal ini menjadi pengingat bahwa pembangunan Indonesia harus merata dan berpihak pada masyarakat akar rumput, termasuk di garis terdepan negeri.
Potensi besar perkebunan sawit rakyat di Entikong dan wilayah perbatasan lainnya menjadi peluang besar bagi pemerintah untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, pendampingan intensif, serta pembangunan infrastruktur, sawit rakyat bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi desa dan menciptakan generasi yang lebih maju melalui akses pendidikan yang lebih baik.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Asuransi Syariah Bantu Ringankan Beban Finansial Kesehatan
- 10 September 2025
2.
Bank Indonesia Buka Rekrutmen PCPM Angkatan 40, Simak Syaratnya
- 10 September 2025
3.
Rekomendasi Saham IHSG Rabu 10 September 2025
- 10 September 2025
4.
Update Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 10 September 2025
- 10 September 2025
5.
Access by KAI Jadi Pilihan Utama Pembelian Tiket Kereta
- 10 September 2025