Indonesia Dorong Energi Bersih Lewat Hidrogen: Peran Strategis Geofisika dalam Optimalisasi Sumber Energi Nasional
- Selasa, 10 Juni 2025

JAKARTA - Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam penyediaan energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Di tengah upaya menuju target Net Zero Emission pada 2060, pemerintah dan para pemangku kepentingan semakin gencar mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Salah satu solusi energi bersih yang kini mendapatkan sorotan serius adalah hidrogen sebagai bahan bakar masa depan.
Konsumsi Energi Meningkat, Emisi Mengintai
Konsumsi listrik masyarakat Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. Dalam satu tahun terakhir, konsumsi listrik per kapita meningkat signifikan. Namun, mayoritas listrik masih dihasilkan dari pembangkit berbahan bakar batu bara yang menghasilkan emisi karbon tinggi dan berdampak negatif pada lingkungan.
Baca Juga
Kondisi ini menjadi alarm penting bagi Indonesia untuk segera beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Hidrogen muncul sebagai jawaban strategis. Sebagai bahan bakar, hidrogen tidak menghasilkan emisi karbon. Produk samping dari pembakarannya hanyalah air, menjadikannya kandidat ideal untuk transisi menuju energi hijau.
Mengenal Teknologi Hydrogen Fuel Cell
Hydrogen fuel cell atau sel bahan bakar hidrogen bekerja dengan prinsip reaksi kimia antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Dalam proses ini, hidrogen dialirkan ke kutub anoda dan oksigen ke katoda. Ketika kedua unsur bereaksi dalam sel bahan bakar, dihasilkan energi listrik dan uap air tanpa emisi gas rumah kaca.
Teknologi ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari kendaraan listrik, pembangkit listrik skala besar, hingga alat elektronik portabel. Tidak seperti baterai biasa yang perlu diisi ulang, hydrogen fuel cell akan terus menghasilkan energi selama suplai hidrogen dan oksigen tersedia.
Proses Produksi Hidrogen
Hidrogen tidak ditemukan dalam bentuk bebas di alam dan harus diproduksi melalui berbagai metode. Proses produksi umumnya terbagi menjadi dua kategori besar: dari energi fosil (seperti gas alam dan batu bara) dan dari energi terbarukan.
Metode yang paling umum adalah steam reforming, di mana gas alam direaksikan dengan uap untuk menghasilkan hidrogen. Namun, proses ini masih menghasilkan karbon dioksida. Alternatif yang lebih bersih adalah elektrolisis, di mana air diuraikan menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan seperti surya, angin, atau panas bumi. Dengan demikian, produksi hidrogen secara keseluruhan dapat menjadi proses bebas emisi.
Peran Vital Geofisika dalam Energi Hidrogen
Dalam konteks pengembangan hidrogen, ilmu geofisika memiliki peran yang sangat strategis. Geofisika memungkinkan kita untuk memahami kondisi bawah permukaan bumi dan menemukan lokasi yang kaya akan sumber energi primer seperti panas bumi, minyak bumi, gas alam, dan batubara.
Dengan berbagai metode seperti seismik, magnetik, gaya berat, dan magnetotellurik, para geofisikawan dapat memetakan struktur bawah permukaan untuk mengidentifikasi potensi energi yang bisa diolah menjadi hidrogen. Terutama dalam eksplorasi energi panas bumi dan gas alam, geofisika menjadi instrumen utama dalam menentukan efisiensi dan kelayakan proyek energi.
“Geofisika adalah mata yang melihat ke dalam bumi. Tanpa geofisika, kita akan buta terhadap potensi energi yang tersembunyi,” ujar seorang ahli geofisika dari institusi riset energi nasional.
Hidrogen dalam Transportasi dan Industri
Sejumlah negara telah membuktikan keberhasilan pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar transportasi. Kendaraan berat seperti truk, bus, hingga mobil pribadi telah mulai menggunakan sel bahan bakar hidrogen. Kelebihan utama kendaraan berbasis hidrogen adalah waktu pengisian yang jauh lebih cepat dibanding kendaraan listrik berbasis baterai serta jangkauan tempuh yang lebih panjang.
Industri otomotif di berbagai belahan dunia juga telah mulai melirik potensi besar dari teknologi ini. Beberapa pabrikan bahkan telah mengembangkan dan memasarkan kendaraan berbasis fuel cell secara massal. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa kendaraan hidrogen memiliki kehandalan tinggi, efisiensi energi yang baik, dan aman digunakan dalam berbagai kondisi.
Tantangan Menuju Ekosistem Hidrogen
Namun, sebagaimana teknologi baru lainnya, pengembangan energi hidrogen di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur, seperti stasiun pengisian hidrogen dan sistem distribusi yang belum tersedia secara luas.
Selain itu, regulasi terkait energi hidrogen masih minim. Tidak adanya standar nasional atau kebijakan khusus membuat pelaku industri masih ragu untuk berinvestasi besar-besaran. Di sisi lain, masih terbatasnya tenaga ahli dan penelitian mendalam tentang hidrogen juga menjadi penghambat pengembangan.
“Kita memiliki semua sumber daya, baik itu energi fosil maupun terbarukan, namun tantangan utama kita adalah kesiapan SDM dan kebijakan,” ungkap seorang peneliti senior energi dari lembaga pemerintah.
Peluang Besar bagi Indonesia
Terlepas dari tantangan, peluang Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam energi hidrogen sangat besar. Posisi geografis Indonesia yang berada di cincin api membuat negeri ini kaya akan potensi panas bumi. Selain itu, potensi energi surya dan angin di beberapa wilayah juga sangat menjanjikan untuk digunakan dalam proses elektrolisis.
Dengan pendekatan yang tepat, integrasi teknologi geofisika, serta dukungan penuh dari pemerintah dan sektor swasta, Indonesia dapat memanfaatkan kekayaan alamnya untuk menjadi pusat produksi hidrogen hijau di kawasan Asia Tenggara.
Hidrogen adalah masa depan energi bersih dunia. Sebagai bahan bakar bebas emisi, ia menawarkan harapan besar dalam mengatasi krisis iklim dan ketergantungan pada energi fosil. Dalam peta jalan menuju transisi energi, peran geofisika sebagai penentu arah eksplorasi energi menjadi sangat penting.
Indonesia, dengan semua potensinya, memiliki kesempatan emas untuk mengambil posisi terdepan dalam teknologi hidrogen. Kunci keberhasilan terletak pada kolaborasi lintas sektor, investasi teknologi, serta kesiapan sumber daya manusia.
Sebagaimana dikatakan seorang pakar energi, “Hidrogen bukan sekadar alternatif, melainkan elemen kunci menuju kemandirian energi nasional.”

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
- 08 September 2025
2.
Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata
- 08 September 2025
3.
ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV
- 08 September 2025
4.
Kilang Cilacap Tingkatkan Budaya Keselamatan Kerja
- 08 September 2025
5.
KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah
- 08 September 2025