
JAKARTA – Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) menggelar webinar nasional bertajuk "Humanizing Artificial Intelligence" yang mengangkat pentingnya pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang tidak hanya efisien, tetapi juga berorientasi pada nilai kemanusiaan. Acara yang berlangsung ini menghadirkan sejumlah pakar dari akademisi, industri, dan organisasi kemanusiaan untuk berdiskusi soal masa depan AI di Indonesia.
Dekan STEI ITB, Tutun Juhana, membuka webinar dengan menegaskan bahwa pemanfaatan AI harus melampaui sekadar aspek efisiensi dan produktivitas. “Kita harus membumikan AI sesuai dengan falsafah bangsa kita yakni berdasarkan nilai Pancasila,” ujarnya. Tutun mengingatkan bahwa pengembangan AI wajib memenuhi aspek etika, inklusivitas, serta berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan agar teknologi ini tidak menjadi ancaman terhadap martabat manusia, melainkan memperkuat harkat dan martabat tersebut.
Posisi Strategis Indonesia di Kancah Global AI
Baca Juga20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri
Dalam sesi diskusi, Ketua Indonesia Cybersecurity Forum (ICSF), Ardi Sutedja, menggarisbawahi posisi strategis Indonesia dalam ekosistem global AI. Ia menyatakan pentingnya pendekatan berbasis risiko (risk-based approach) agar transformasi digital tidak menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar teknologi asing. Menurut Ardi, “Ini bukan kerja satu pihak, tapi kolaborasi multipihak dari berbagai disiplin keilmuan,” tegasnya, menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri.
Senada dengan itu, SVP Government Affairs PT Indosat Tbk., Ajar Edi, menyampaikan urgensi membangun sovereign AI sebagai upaya agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tapi juga produsen. “Ketika AI factory ada di Indonesia, maka seluruh datanya akan diolah di Indonesia,” katanya. Hal ini menunjukkan pentingnya hilirisasi teknologi dan kedaulatan data sebagai fondasi pembangunan ekosistem AI nasional yang mandiri.
Dari perspektif industri global, Panji Wasmana, National Technology Officer Microsoft Indonesia, memaparkan hasil riset Microsoft terhadap 31.000 responden global tentang tren penggunaan agentic AI di dunia kerja. Ia menegaskan, “Bagaimana kita empower pengguna untuk mengerti risiko dan mampu memastikan bahwa AI dapat dikontrol sedemikian rupa,” menjadi tantangan utama agar kendali manusia tetap krusial meski AI semakin otonom.
Menjamin Keadilan dan Akuntabilitas di Era AI
Salah satu isu utama yang dibahas dalam webinar adalah prinsip pengembangan AI yang berpusat pada manusia (human-centered AI). Peneliti dari Pusat AI ITB, Ayu Purwarianti, menegaskan bahwa AI harus selalu berada di bawah kendali manusia, menjamin keamanan data, serta memiliki transparansi, kemampuan untuk dijelaskan (explainable), dan akuntabilitas tinggi.
“AI tidak boleh berbahaya dan bertentangan dengan prinsip dan keamanan manusia,” kata Ayu. Ia menekankan pentingnya penguatan literasi AI di masyarakat, termasuk pemahaman aspek etika, mindset adaptif, dan pendidikan karakter sejak dini agar masyarakat mampu berperan aktif dan kritis terhadap penggunaan AI.
Indriaswati Dyah dari ELSAM menambahkan bahwa prinsip human-in-the-loop, yaitu keterlibatan manusia dalam seluruh siklus AI dari pengembangan hingga operasional, harus menjadi pijakan utama. “Indonesia sebagai negara pengguna teknologi, bukan produsen asal, menjadikan pendekatan hak asasi manusia dalam AI semakin penting,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa kesadaran terhadap risiko AI yang dapat memperkuat bias dan diskriminasi masih sangat rendah di Indonesia.
Pendidikan AI Berbasis Etika dan Karakter
Pentingnya pendidikan AI yang berbasis pada etika dan nilai kemanusiaan juga menjadi sorotan. Henke Yunkins dari Indonesia AI Society menegaskan perlunya empat komponen utama dalam pendidikan AI: literasi dasar, eksperimen, aspek sosial-emosional, serta hasil pembelajaran yang bermakna.
“Pendidikan bukan soal mengejar teknologi saja, tetapi membentuk manusia. Manusia yang harus menentukan arah perkembangan AI itu sendiri,” kata Henke, mengingatkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah membangun karakter dan kemampuan berpikir kritis, bukan sekadar kemampuan teknis.
Perhatian khusus juga diberikan terhadap dampak AI pada privasi dan perkembangan anak. Andy Ardian dari ECPAT Indonesia memperingatkan potensi risiko penggunaan AI, terutama chatbot berbasis AI yang mulai berinteraksi dengan anak-anak. Ia menyoroti bahaya bias data yang dapat memperkuat stereotip sosial dan risiko ketergantungan teknologi yang dapat menggerus kemampuan berpikir kritis anak.
Sementara itu, Narenda Wicaksono dari Dicoding menggarisbawahi perlunya kolaborasi dengan industri dalam menyusun kurikulum yang relevan dengan perkembangan teknologi. “Setelah tahu dan bisa, harus ada keinginan juga dalam menjadi bagian dari perkembangan teknologi ini,” ujarnya.
Diena Haryana dari SEJIWA Foundation menekankan bahwa penguatan keterampilan fisik, sosial, dan spiritual anak sangat penting sebelum mereka diperkenalkan dengan teknologi AI. “AI tidak boleh menggantikan masa bermain dan eksplorasi anak. Teknologi bisa menjadi alat bantu tanpa harus mengganggu proses tumbuh kembang anak,” tambahnya.
Komitmen STEI ITB untuk Pengembangan AI Berbasis Kemanusiaan
Webinar “Humanizing Artificial Intelligence” yang digelar STEI ITB menjadi wujud nyata komitmen institusi tersebut dalam membangun ekosistem AI nasional yang inklusif, etis, dan berkeadilan. STEI ITB menegaskan bahwa inovasi teknologi tidak boleh terlepas dari konteks sosial dan kemanusiaan.
Dekan Tutun Juhana menyatakan bahwa teknologi AI harus menjadi alat yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa tanpa mengabaikan prinsip-prinsip etika yang mendasarinya. “Kolaborasi lintas disiplin dan pemangku kepentingan menjadi kunci agar AI dapat dikembangkan secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya mengakhiri webinar.
Dengan terus meningkatnya peran AI dalam kehidupan sehari-hari, diskusi seperti ini sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi yang berkembang tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika yang menjadi fondasi bangsa Indonesia.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Cost of Fund Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Menghitung
- 06 September 2025
2.
Value for Money Adalah: Definisi, Konsep, dan Manfaat
- 06 September 2025
3.
Net Worth Adalah: Inilah Cara Hitung & Simulasinya
- 06 September 2025
4.
5.
Mengenal 11 Makanan Khas Bekasi yang Kaya Rasa dan Cerita
- 06 September 2025