Rabu, 10 September 2025

Krisis Etika dalam Perekrutan Pemain Sepak Bola Akar Rumput: Tantangan bagi PSSI dan Pelaku Sepak Bola

Krisis Etika dalam Perekrutan Pemain Sepak Bola Akar Rumput: Tantangan bagi PSSI dan Pelaku Sepak Bola
Krisis Etika dalam Perekrutan Pemain Sepak Bola Akar Rumput: Tantangan bagi PSSI dan Pelaku Sepak Bola

JAKARTA - Sepak bola merupakan olahraga yang tidak hanya digemari namun juga menjadi kebanggaan nasional. Banyak individu dan lembaga yang berkontribusi pada perkembangan sepak bola di level akar rumput. Namun, proses pencarian dan perekrutan pemain baru-baru ini menimbulkan kontroversi terkait etika dan moralitas. Dalam konteks ini, peraturan dan pengawasan ketat dari pihak terkait, terutama PSSI, dinilai sangat diperlukan.

Merekrut dengan Etika: Bukan Sekadar Impian

Dalam dunia sepak bola akar rumput, fenomena perekrutan pemain tanpa memperhatikan etika dan moralitas semakin marak. Para pemain, sering kali, diambil dari SSB, Akademi, atau klub tanpa menghormati usaha serta dedikasi tempat asal yang telah mendidik mereka. Sebagaimana dipaparkan oleh Supartono JW, seorang pengamat sepak bola dan pendidikan nasional, tindakan ini tidak beretika dan tidak bermoral.

"Kami harus mulai dari bawah, berdarah-darah mendidik dan melatih pemain muda. Ketika mereka mulai menunjukkan potensinya, pemain-pemain terbaik kami sering kali 'diculik' oleh klub yang lebih besar atau yang memiliki sumber daya lebih banyak," ujarnya.

Mengapa Etika Penting dalam Perekrutan?

Penghargaan dan pengakuan terhadap tempat pembinaan awal pemain adalah fondasi penting dalam memajukan sepak bola. SSB dan akademi berperan krusial dalam membimbing dan mengembangkan keterampilan dasar para pemain. Mengabaikan kontribusi mereka berarti merusak sistem yang sudah dibangun untuk kemajuan sepak bola di tingkat akar rumput.

Menurut Supartono, "Setiap pemain muda yang direkrut tanpa izin dari SSB atau akademi asalnya, sebenarnya diambil dari institusi yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan finansial untuk perkembangannya. Ini harus dihentikan jika kita ingin sepak bola kita maju."

PSSI dan Regulasi yang Dinanti

Meskipun PSSI, sebagai induk organisasi sepak bola nasional, sudah hampir berusia seabad, sayangnya belum ada regulasi yang jelas mengenai peran dan kedudukan organisasi sepak bola akar rumput. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai bentuk organisasi tidak resmi yang kurang tertata dalam aspek manajerial, kurikulum, dan sistem pelatihan.

“Ketiadaan regulasi ini membuat wadah sepak bola akar rumput berkembang tidak beraturan. Organisasi semacam ini memerlukan pengawasan dan pengaturan yang lebih baik dari PSSI,” tambah Supartono.

Publik sepak bola nasional berharap bahwa PSSI segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Tanpa adanya kerangka regulasi dan pengawasan yang jelas, sulit untuk memastikan bahwa perekrutan pemain dilakukan dengan cara yang etis.

Dampak Perekrutan Tanpa Etika

Apa dampaknya bila PSSI terus mengabaikan kondisi ini? Banyak pemain muda potensial yang 'dibajak' oleh klub yang sekadar mencari keuntungan tanpa mempertimbangkan aspek etika. Akibatnya, SSB dan akademi kehabisan talenta karena tidak mampu bersaing dengan klub-klub berfasilitas lengkap dan bermodal besar.

"Fenomena seleksi terbuka sering kali dijadikan dalih untuk merekrut pemain tanpa harus berurusan dengan instansi asal mereka," ungkap Supartono. Ia menekankan bahwa regulasi tegas diperlukan untuk menghentikan praktik curang ini.

Seruan untuk Perubahan dan Masa Depan Sepak Bola

Mengatasi tantangan ini memerlukan kerjasama semua pihak yang terlibat, termasuk SSB, akademi, klub, dan tentunya PSSI. Regulasi jelas dan tindakan tegas harus diterapkan untuk melindungi SSB dan akademi dari perekrutan tidak etis. Tidak hanya agar potensi pemain-pemain muda dapat berkembang dengan benar, tetapi juga agar fondasi sepak bola nasional semakin kuat.

"Oleh karena itu, kami menyerukan kepada PSSI agar mengakui kontribusi kami dalam mengembangkan sepak bola. Kami butuh upaya nyata untuk menyelesaikan masalah ini, bukan sekadar janji," jelas Supartono.

Perekrutan pemain tanpa memerhatikan etika harus diatasi dengan segera. Jika PSSI gagal memberikan regulasi yang tepat, sepak bola nasional berisiko kehilangan talenta-talenta berharga. Sebaliknya, dengan pengawasan dan regulasi yang baik, kita dapat menciptakan sistem sepak bola yang adil dan berkesinambungan untuk kemajuan olahraga ini di masa mendatang.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

4 Rekomendasi Mi Jebew Malang Pedas Viral

4 Rekomendasi Mi Jebew Malang Pedas Viral

Rekomendasi 5 Sate Maranggi Lezat di Bandung

Rekomendasi 5 Sate Maranggi Lezat di Bandung

4 Pilihan Kuliner Murah Enak di Jogja Wajib Dicoba

4 Pilihan Kuliner Murah Enak di Jogja Wajib Dicoba

5 Pilihan Warung Nasi Pecel Legendaris Madiun yang Wajib di Coba

5 Pilihan Warung Nasi Pecel Legendaris Madiun yang Wajib di Coba

10 Rekomendasi Nasi Tempong Halal Terbaik di Bali

10 Rekomendasi Nasi Tempong Halal Terbaik di Bali