Jumat, 12 September 2025

Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif: Uang Beredar Naik 5,9 Persen pada Januari 2025

Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif: Uang Beredar Naik 5,9 Persen pada Januari 2025
Likuiditas Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif: Uang Beredar Naik 5,9 Persen pada Januari 2025

JAKARTA– Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa likuiditas perekonomian Indonesia mencatat tren pertumbuhan positif pada awal 2025. Berdasarkan laporan BI, uang beredar dalam arti luas (M2) pada bulan Januari 2025 mencapai Rp 9.232,8 triliun, menunjukkan pertumbuhan mencapai 5,9 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Angka ini menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibandingkan bulan Desember 2024 yang mencatat pertumbuhan 4,8 persen.

Dorongan Tinggi dari Pertumbuhan M1 dan Uang Kuasi

Pertumbuhan positif likuiditas ini didorong oleh peningkatan signifikan pada komponen uang beredar sempit (M1) yang naik sebesar 7,2 persen, serta pertumbuhan uang kuasi sebesar 2,2 persen. Direktur Eksekutif Departemen Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa pertumbuhan M2 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang stabil dan aktiva luar negeri bersih yang mengalami kenaikan.

"Perkembangan M2 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih," ujar Ramdan dalam keterangan resmi yang diterima media pada Senin, 24 Februari 2025. Penyaluran kredit tetap kuat dengan pertumbuhan 9,6 persen (yoy), sedikit turun dari bulan Desember yang mencapai 9,7 persen. Ini menunjukkan stabilitas dalam siklus penyaluran kredit meskipun ada dinamika ekonomi yang terjadi.

Aktiva Luar Negeri Bersih Meningkat

Dalam hal aktiva luar negeri bersih, data menunjukkan peningkatan yang signifikan, tumbuh sebesar 2,4 persen pada Januari 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya 0,8 persen. Faktor ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap likuiditas keseluruhan dalam perekonomian.

Pengaruh Tagihan Bersih kepada Pemerintah

Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus) masih mengalami kontraksi sebesar 14,3 persen (yoy). Meskipun demikian, ini merupakan perbaikan dibandingkan bulan Desember 2024, di mana kontraksi mencapai 17,5 persen. "Penurunan kontrak ini menunjukkan adanya perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara, meski belum sepenuhnya pulih," tambah Ramdan.

Implikasi bagi Kebijakan Moneter

Pertumbuhan yang terukur dalam penyaluran kredit dan peningkatan aktiva luar negeri bersih menggambarkan kestabilan perekonomian Indonesia di tengah berbagai tantangan global. BI diharapkan akan terus memonitor kondisi ini dengan seksama untuk menyesuaikan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Peningkatan ini tidak hanya berdampak pada level makroekonomi namun juga diharapkan dapat mendukung aktivitas ekonomi di level mikro dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. "Dengan indikator likuiditas yang positif, kita dapat berharap pada stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya," jelas Ramdan.

Wahyu

Wahyu

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Bank Jatim Pacu Kinerja dengan Strategi Tiga Fokus Utama

Bank Jatim Pacu Kinerja dengan Strategi Tiga Fokus Utama

BTN Pastikan Operasional Bank Syariah Nasional Sebelum 2026

BTN Pastikan Operasional Bank Syariah Nasional Sebelum 2026

Harga Emas Antam Hari Ini Mencapai Level Rekor

Harga Emas Antam Hari Ini Mencapai Level Rekor

Saham Pilihan Hari Ini, Pantau Rekomendasi IHSG 2025

Saham Pilihan Hari Ini, Pantau Rekomendasi IHSG 2025

11 Peluang Bisnis Pelajar SMA Agar Uang Jajan Tambah

11 Peluang Bisnis Pelajar SMA Agar Uang Jajan Tambah