Bahlil Lahadalia Restui Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Bagi Freeport Indonesia
- Selasa, 25 Februari 2025

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, telah memberikan persetujuannya untuk memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga bagi PT Freeport Indonesia (PTFI). Keputusan ini tidak hanya berdampak bagi perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian daerah dan pendapatan negara secara keseluruhan.
Bahlil menyatakan bahwa penghentian izin ekspor dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan, termasuk potensi pengangguran dan penurunan pendapatan negara. "Kalau kita tidak izinin, karyawannya itu jadi apa tuh? Gitu loh," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat.
Dampak Ekonomi dan Pendapatan Daerah
Sebagai salah satu pemain utama dalam industri tambang tembaga, PTFI memegang peran penting dalam perekonomian daerah dan nasional. Menurut Bahlil, jika perpanjangan izin ekspor tidak diberikan, pendapatan daerah seperti Papua dan Timika akan berkurang drastis. "Aku mikir, kalau tidak kita izinin pendapatan untuk Papua, Timika sama Pemda Papua gimana? Terkecuali konsentratnya itu masuk di Smelter, supaya ada perputaran ekonomi," tambahnya.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa jika operasional perusahaan terhenti, maka karyawan akan diperintahkan untuk tinggal di rumah tanpa pekerjaan, yang dapat meningkatkan beban ekonomi pada daerah lokal. "Tapi kalau ini stuck. Abis stuck dia enggak bisa produksi. Karyawan semua disuruh stay," katanya.
Kerugian Bagi Freeport dan Negara
Jika izin ekspor konsentrat tidak diberikan, PT Freeport Indonesia akan menanggung rugi besar. Dalam konteks ini, bukan hanya perusahaan yang dirugikan, tetapi negara juga akan terkena dampaknya. "Yang nanggung siapa? Freeport kan? Freeport yang punya saham siapa? 51 persen negara, negara lagi," tegas Bahlil.
Selain itu, kegiatan ekspor konsentrat tembaga PTFI berperan penting dalam menggerakkan ekonomi lokal. Perusahaan juga membayar bea masuk ke kas negara, menciptakan keuntungan ekonomi yang lebih luas.
Smelter Gresik dan Proses Relaksasi Izin
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa batas maksimal ekspor konsentrat tembaga seharusnya berlaku hingga 31 Desember 2024. Namun, kebakaran di pabrik asam sulfat yang terletak di Smelter Gresik milik PTFI menyebabkan kendala dalam pengolahan dan pemurnian konsentrat tembaga. Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan untuk memberikan relaksasi perpanjangan izin ekspor.
Hasil investigasi kebakaran menunjukkan bahwa insiden itu bukan disebabkan oleh kesengajaan. Kondisi ini memungkinkan pemerintah untuk melanjutkan perpanjangan izin, memastikan ekspor dapat berlangsung sementara pabrik tersebut diperbaiki. "Nah atas dasar itu kemudian kita pemerintah lewat ratas setelah memutuskan untuk Freeport dapat diperpanjang ekspornya sampai dengan pabrik yang rusak itu selesai (diperbaiki)," ungkap Bahlil.
Target Perbaikan dan Volume Ekspor
Menurut rencana, PTFI harus menyelesaikan perbaikan Smelter Gresik hingga Juni 2025. Hingga saat ini, volume konsentrat tembaga yang dapat diekspor mencapai 1,35 juta ton, jumlah yang tidak dapat diserap oleh smelter PTFI di Gresik.
Keputusan untuk memperpanjang izin ekspor ini mendapatkan perhatian luas dari berbagai pihak. Hal ini karena Freeport memiliki kapasitas pengolahan yang signifikan, mengolah dan memurnikan sekitar 40% dari keseluruhan konsentrat tembaga yang diproduksi di Papua. Dengan fasilitas smelter yang sementara tidak berfungsi, ekspor konsentrat menjadi pilihan terbaik untuk menjaga keberlanjutan ekonomi.
Komentar Industri dan Penantian Peresmian Smelter
Berdasarkan informasi terbaru, Presiden Joko Widodo dijadwalkan untuk meresmikan Smelter Freeport Indonesia di Gresik ketika fasilitas ini telah siap beroperasi secara penuh. Fasilitas ini diharapkan memajukan kemampuan pengolahan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Meskipun ada tantangan dengan adanya kebakaran di smelter, langkah pemerintah memberikan relaksasi izin ekspor memberikan PTFI ruang bernapas untuk menyelesaikan perbaikan dan mengatasi kendala produksi saat ini. "Kapan selesainya? Bulan Juni," tutup Bahlil dengan optimisme bahwa perbaikan dapat dilakukan tepat waktu.
Keputusan ini tidak hanya menjaga stabilitas ekonomi daerah dan pendapatan negara, tetapi juga menggarisbawahi komitmen pemerintah dalam mendukung industri pertambangan nasional dan menghadapi tantangan dengan solusi yang realistis dan berkelanjutan.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
8 Mobil Listrik Modern Hadir dengan Aplikasi Canggih
- 10 September 2025
2.
Makanan Tradisional Jepang Mendukung Umur Panjang Sehat
- 10 September 2025
3.
Daftar Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Hari Ini
- 10 September 2025
4.
PLN Pastikan Tarif Listrik September 2025Tetap Stabil
- 10 September 2025
5.
Harga Minyak Naik, Prospek Ekonomi Tetap Menjanjikan
- 10 September 2025