Memasuki Ramadan di Indonesia: Tradisi dari Berbagai Daerah yang Sarat Makna
- Kamis, 20 Februari 2025

JAKARTA - Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia menyambut bulan suci Ramadan dengan antusiasme yang luar biasa. Keberagaman budaya di Indonesia menghasilkan tradisi-tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi tersebut bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat. Menjelang Ramadan, tradisi ini dilaksanakan dengan penuh suka cita sebagai bentuk persiapan menyambut bulan yang penuh berkah. Berikut adalah 11 tradisi khas dari berbagai daerah di Indonesia untuk menyambut Ramadan yang kaya akan makna.
1. Nyorog (Jakarta)
Nyorog merupakan tradisi khas Suku Betawi di Jakarta, di mana anggota keluarga yang lebih muda memberikan bingkisan makanan kepada anggota yang lebih tua atau tokoh masyarakat. Tradisi ini tidak hanya sekadar berbagi makanan, tetapi merupakan bentuk penghormatan. "Nyorog adalah cara kami untuk menunjukkan rasa hormat dan mempererat tali silaturahmi keluarga," kata Maman, tokoh masyarakat Betawi di Jakarta.
2. Cucurak (Jawa Barat)
Di Jawa Barat, dikenal tradisi Cucurak oleh masyarakat Sunda. Kegiatan ini berupa berkumpul dan berbagi makanan dengan keluarga besar menggunakan alas daun pisang. Momen ini menjadi ajang untuk berkumpul, bersyukur, dan mempererat tali silaturahmi. Seorang warga Bandung, Teten, menyatakan, "Cucurak adalah waktu yang kami nantikan untuk bercengkerama dan bersyukur atas segala nikmat."
3. Padusan (Yogyakarta)
Sebelum menjalankan ibadah puasa, masyarakat Yogyakarta melaksanakan tradisi Padusan. Ini adalah ritual mandi dari mata air alami yang melambangkan pembersihan diri, baik fisik maupun spiritual. Sri, seorang warga Yogyakarta, menjelaskan, "Padusan membuat kami merasa lebih siap secara spiritual untuk menjalani Ramadan."
4. Marpangir (Sumatera Utara)
Marpangir adalah tradisi mandi yang dilakukan masyarakat Sumatera Utara dengan menggunakan air yang dicampur daun-daunan dan rempah seperti pandan dan serai. Ritual ini melambangkan kesiapan memasuki bulan penuh berkah. "Marpangir bukan hanya tentang menyucikan tubuh, tetapi juga menenangkan jiwa," kata Dewi, seorang warga Medan.
5. Malamang (Sumatera Barat)
Di Sumatera Barat, terutama di kalangan masyarakat Minangkabau, dikenal tradisi Malamang, yaitu memasak lemang secara bersama-sama. Tradisi ini tidak hanya tentang memasak, tetapi juga tentang gotong royong dan kebersamaan. "Malamang adalah waktu di mana kami bekerja sama dan mempererat hubungan antarwarga," ujar Yanti, seorang warga Bukittinggi.
6. Meugang (Aceh)
Tradisi Meugang di Aceh sudah ada sejak abad ke-14. Dalam tradisi ini, masyarakat menyembelih hewan dan memasak daging untuk dimakan bersama keluarga, kerabat, dan anak yatim. Ketua masyarakat Aceh, Fakhruddin, mengatakan, "Meugang adalah simbol kebersamaan dan berbagi rezeki sebelum Ramadan tiba."
7. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)
Mattunu Solong adalah tradisi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, di mana masyarakat menyalakan pelita dari buah kemiri sebagai simbol harapan dan doa. "Pelita ini menjadi simbol bagi kami agar Ramadan diberikan kesehatan dan kelancaran," jelas Arif, seorang warga lokal.
8. Megibung (Bali)
Di Bali, khususnya di Karangasem, umat Muslim melestarikan tradisi Megibung, yaitu makan bersama dalam satu wadah besar. Tradisi ini diwarisi sejak zaman kerajaan dan merefleksikan rasa kebersamaan. "Megibung mengajarkan kami untuk selalu hidup berdampingan dan saling berbagi," ungkap Kadek, seorang tokoh agama setempat.
9. Dandangan (Kudus, Jawa Tengah)
Di Kudus, Jawa Tengah, masyarakat merayakan tradisi Dandangan menjelang Ramadan. Pasar malam ini tidak hanya meriah dengan pedagang dan hiburan, tetapi juga menjadi momen menunggu pengumuman awal puasa yang pernah dilakukan oleh Sunan Kudus. "Dandangan adalah tradisi yang menghidupkan kembali suasana spiritual dan sosial," kata Ahmad, seorang warga Kudus.
10. Pacu Jalur (Riau)
Masyarakat Riau menggelar Pacu Jalur, sebuah perlombaan mendayung perahu panjang untuk menyambut Ramadan. Walau kini telah menjadi ajang budaya lokal, awalnya kegiatan ini dilakukan untuk hari besar Islam. "Pacu Jalur memperkuat solidaritas masyarakat kami," tutur Rusli, seorang tokoh adat di Riau.
11. Talam Sehidang (Kepulauan Riau)
Di Kepulauan Riau, tradisi Talam Sehidang dilakukan dengan berkumpul dan makan bersama. Setiap keluarga membawa makanan yang disajikan di atas tikar. "Tradisi ini mempererat hubungan sosial dan menciptakan kebersamaan yang hangat," ujar Lina, seorang masyarakat setempat.
Setiap tradisi menyambut Ramadan di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya bangsa, memperkuat nilai kebersamaan, spiritualitas, dan menjaga warisan budaya yang harus dilestarikan. Dari Sabang hingga Merauke, tradisi ini adalah cermin dari keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.

Wahyu
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
- 08 September 2025
2.
Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata
- 08 September 2025
3.
ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV
- 08 September 2025
4.
Kilang Cilacap Tingkatkan Budaya Keselamatan Kerja
- 08 September 2025
5.
KUR BRI 2025 Tawarkan Angsuran Ringan Mudah
- 08 September 2025