Kemenkeu Wanti Wanti: Kondisi Ekonomi Global Makin Tak Pasti

Selasa, 18 Februari 2025

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengeluarkan peringatan mengenai kondisi ekonomi global yang masih mengalami perlambatan, dengan risiko ketidakpastian yang terus meningkat. Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional, Parjiono, menyatakan bahwa proyeksi dari beberapa lembaga internasional menunjukkan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat di kisaran 3 persen hingga tahun 2026.

“Di sisi lain, tantangan eksternal seperti tensi geopolitik, eskalasi perang dagang, perubahan iklim, digitalisasi, serta penuaan populasi juga harus diwaspadai karena berpotensi menimbulkan tekanan pada ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang,” ujar Parjiono dalam acara SMBC Economic Outlook 2025 yang berlangsung pada Selasa, 18 Februari 2025.

Ketidakpastian Global yang Berlanjut

Baca Juga
20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri

Parjiono mengungkapkan bahwa ketidakpastian global ini diperkirakan belum akan mereda pada tahun ini. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia akan mengambil langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas ekonomi. “Pemerintah akan terus melakukan langkah antisipasi dan mitigasi risiko, di antaranya dengan menjaga daya beli masyarakat, stabilitas harga, serta efisiensi belanja,” paparnya.

Langkah-langkah tersebut mencakup optimalisasi penerimaan negara, efisiensi belanja kepada sektor yang lebih produktif, serta kolaborasi antara kebijakan fiskal dan moneter. “Kami berkomitmen untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilisasi harga agar perekonomian tetap berjalan dengan baik,” tambah Parjiono.

Perekonomian Indonesia Tetap Kuat

Di tengah tantangan global yang cukup berat, Parjiono menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 2024 tumbuh kuat sebesar 5,03 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan sektor manufaktur yang menunjukkan kinerja positif. “Memasuki bulan Januari tahun ini, inflasi berada pada level yang cukup rendah, yaitu 0,8 persen. Hal ini didorong oleh kebijakan inisiatif dan diskon tarif listrik yang mampu menjaga daya beli masyarakat,” ungkapnya.

Parjiono juga menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat ini tercermin dari kembali ekspansifnya sektor manufaktur akibat membaiknya permintaan domestik dan ekspor. “Kami optimis bahwa dengan berbagai kebijakan yang telah diterapkan, perekonomian Indonesia akan terus tumbuh,” katanya.

Surplus Neraca Perdagangan dan Penurunan Pengangguran

Dari sisi perdagangan, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama empat tahun berturut-turut. Pada tahun 2024, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD 31,04 miliar, didorong oleh kinerja ekspor yang mencapai USD 264,71 miliar dan impor sebesar USD 233,66 miliar. “Surplus ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang baik di pasar internasional,” jelas Parjiono.

Selain itu, tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan juga mengalami penurunan, masing-masing menjadi 4,91 persen dan 9,03 persen. “Dengan melihat capaian yang positif pada berbagai indikator perekonomian, di tahun 2025 ini diproyeksikan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh kuat sebesar 5,2 persen,” imbuhnya.

Kementerian Keuangan mengingatkan bahwa meskipun perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif, tantangan dari kondisi ekonomi global tetap harus diwaspadai. Langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko yang diambil pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan proyeksi pertumbuhan yang optimis, Indonesia diharapkan dapat terus beradaptasi dan berkembang meskipun dalam situasi yang tidak menentu.

“Pemerintah akan terus berupaya untuk menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan,” tutup Parjiono, menegaskan komitmen pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi global.