
JAKARTA - Di tengah cuaca panas, kita sering mendengar nasihat klasik “Minumlah banyak air agar tetap terhidrasi.” Saran ini tentu penting, terutama untuk mencegah dehidrasi.
Namun, kenyataannya minum air secara berlebihan juga bisa menimbulkan risiko serius bagi kesehatan. Kondisi medis yang dikenal sebagai hiponatremia, atau "keracunan air," dapat muncul akibat konsumsi air berlebihan dan berpotensi membahayakan nyawa. Memahami gejala, penyebab, dan cara pencegahannya menjadi hal penting untuk menjaga hidrasi aman.
Apa Itu Hiponatremia?
Baca Juga
Hiponatremia adalah kondisi ketika kadar natrium (sodium) dalam darah turun drastis. Natrium merupakan elektrolit vital yang menjaga keseimbangan cairan, mengatur tekanan darah, serta mendukung fungsi saraf dan otot.
Jika kadar natrium rendah, tubuh mengalami ketidakseimbangan elektrolit, yang bisa memicu gangguan fungsi organ dan sistem saraf pusat. Pada kasus berat, hiponatremia bahkan dapat menyebabkan pembengkakan otak (cerebral edema) dan berisiko fatal.
Penyebab Hiponatremia
Beberapa faktor dapat memicu kondisi ini:
Asupan air berlebihan dalam waktu singkat: Minum air lebih cepat daripada yang dapat diproses ginjal bisa menyebabkan kelebihan cairan.
Gangguan hormon: Sekresi ADH (Antidiuretic Hormone) berlebihan atau kondisi SIADH (Syndrome of Inappropriate ADH) menyebabkan tubuh menahan air meskipun kadar natrium rendah.
Kondisi medis tertentu: Penyakit ginjal, gagal jantung, atau sirosis hati meningkatkan retensi cairan.
Penggunaan obat-obatan tertentu: Diuretik, antidepresan, dan obat yang memicu ADH berisiko menurunkan natrium darah.
Olahraga intens: Atlet marathon atau peserta olahraga daya tahan yang minum banyak air tanpa mengganti elektrolit melalui keringat dapat terkena hiponatremia.
Jenis-Jenis Hiponatremia
Hiponatremia dapat dikategorikan menjadi tiga jenis:
Hiponatremia Euvolemik: Natrium normal, tapi cairan tubuh meningkat.
Hiponatremia Hipervolemik: Natrium dan cairan meningkat, tetapi cairan lebih banyak, membuat natrium relatif rendah.
Hiponatremia Hipovolemik: Natrium dan cairan menurun, namun natrium turun lebih banyak dibanding cairan.
Siapa yang Berisiko?
Beberapa kelompok lebih rentan mengalami hiponatremia:
Atlet ketahanan: Pelari marathon, triatlet, pendaki yang minum berlebihan tanpa elektrolit.
Pekerja luar ruangan: Mereka yang bekerja di bawah panas sering minum banyak air.
Penderita penyakit tertentu: Orang dengan gagal ginjal, gagal jantung, atau gangguan hormon.
Pengguna diuretik: Obat ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan natrium secara signifikan.
Gejala Hiponatremia
Gejala hiponatremia bisa ringan hingga berat:
Mual dan muntah
Sakit kepala dan pusing
Kelemahan otot atau kram
Kebingungan atau gangguan kesadaran
Kejang, penurunan kesadaran, hingga koma
Pada kasus ekstrem, pembengkakan otak
Mendeteksi gejala secara dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis dilakukan melalui tes darah untuk memeriksa kadar natrium dan osmolalitas plasma, disertai evaluasi klinis. Penanganannya tergantung tingkat keparahan:
Kasus ringan: Pembatasan asupan cairan, pemantauan natrium, dan evaluasi penyebabnya.
Kasus moderat hingga berat: Pemberian saline hiper-tonik secara hati-hati, dengan pemantauan ketat agar natrium naik perlahan dan aman, menghindari komplikasi osmotic demyelination syndrome.
Tips Aman Minum Air dan Pencegahan
Beberapa strategi praktis agar tetap terhidrasi dengan aman:
Minum sesuai rasa haus, bukan memaksakan diri. Kebutuhan air berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, iklim, dan aktivitas. Orang dewasa umumnya membutuhkan 2,5–3,5 liter per hari.
Saat berkeringat banyak atau olahraga intens, kombinasikan air dengan elektrolit, misalnya air kelapa atau buah-buahan kaya air seperti semangka, jeruk, dan mentimun.
Perhatikan warna urin; urin terlalu bening bisa menandakan overhidrasi.
Hindari minum lebih dari 1 liter per jam. Ginjal hanya mampu memproses sejumlah air tertentu.
Konsultasikan kebutuhan cairan dengan dokter jika memiliki penyakit ginjal, gagal jantung, atau menggunakan obat tertentu.
Segera cari pertolongan medis jika muncul gejala hiponatremia serius seperti kejang, kebingungan, atau kelemahan ekstrem.
Hidrasi Tepat, Tubuh Aman
Hiponatremia memang jarang terjadi, tetapi sangat berbahaya. Mengetahui gejala, faktor risiko, dan strategi pencegahan menjadi kunci untuk hidrasi yang aman. Minumlah air dengan bijak, kombinasikan dengan elektrolit, dan dengarkan sinyal tubuh.
Hidrasi yang tepat dapat menyelamatkan nyawa, bukan menimbulkan risiko fatal. Selalu konsultasikan kondisi kesehatan dengan tenaga medis profesional sebelum membuat perubahan signifikan pada pola minum atau gaya hidup.

Sindi
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
5 Pilihan Rumah Murah Strategis di Kabupaten Tegal 2025
- 01 Oktober 2025
2.
Rumah Subsidi Berkualitas Dengan Sertifikat Hijau 2025
- 01 Oktober 2025
3.
Logistik MotoGP Mandalika 2025 Tiba Lancar Di Lombok
- 01 Oktober 2025
4.
5.
Rekrutmen PLN 2025 Buka Peluang Karier Nasional Terbaru
- 01 Oktober 2025