JAKARTA - Di tengah tekanan daya beli masyarakat sepanjang tahun 2025, sejumlah pengembang properti tetap optimistis meningkatkan penjualan dengan mengandalkan insentif perpajakan dan tren penurunan suku bunga. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat beli serta memperkuat pasar properti, terutama di segmen residensial.
Marketing Sales Agung Podomoro Land Tembus Rp 638 Miliar
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan nilai pra-penjualan atau marketing sales sebesar Rp 638 miliar hingga Mei 2025. Corporate Secretary APLN, Justini Omas, mengungkapkan capaian ini didukung oleh sejumlah proyek strategis seperti Podomoro Park Bandung, Podomoro City Deli Medan, dan Bukit Podomoro Jakarta.
“Pencapaian ini menunjukkan progres yang positif dan masih berada dalam jalur mencapai target marketing sales tahun ini,” ujar Justini.
Justini menambahkan bahwa prospek bisnis properti pada paruh pertama 2025 masih cukup cerah berkat kebijakan fiskal pemerintah. “Insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) dan tren penurunan suku bunga menjadi faktor pendorong pemulihan permintaan, khususnya di sektor residensial,” tambahnya.
APLN menargetkan penjualan dan pendapatan usaha mencapai Rp 3,8 triliun hingga akhir tahun 2025. Target ini didukung strategi pemasaran terfokus dan portofolio proyek di lokasi strategis dengan permintaan pasar kuat. “Proyek residensial tetap menarik untuk investasi jangka panjang,” jelas Justini.
Metropolitan Land Optimistis dengan Marketing Sales Rp 775 Miliar
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) juga menunjukkan kinerja positif dengan membukukan marketing sales sebesar Rp 775 miliar hingga Mei 2025 atau sekitar 39% dari target tahunan Rp 2 triliun. Direktur MTLA, Olivia Surodjo, mengatakan bahwa meskipun ada tantangan daya beli, tren bisnis properti pada semester pertama tetap optimistis.
“Minat terhadap hunian tapak di kawasan terintegrasi masih tinggi, terutama dari kalangan end user. Dukungan pemerintah seperti insentif PPN-DTP sangat membantu keputusan membeli,” ujar Olivia.
Penjualan MTLA didukung oleh proyek-proyek residensial seperti Metland Transyogi, Metland Cikarang, dan Metland Cibitung yang mendapat sambutan baik dari konsumen.
Perintis Triniti Properti Catatkan Pertumbuhan Marketing Sales 10%
PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) mencatat marketing sales sebesar Rp 667,17 miliar hingga Mei 2025, tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 607 miliar. Angka ini mencapai 37% dari target marketing revenue sepanjang 2025.
Kontributor utama penjualan TRIN berasal dari proyek Sequoia Hills di Sentul, yang menyumbang 69% dari total marketing revenue. Proyek rumah tapak eksklusif ini telah memasuki tahap serah terima bertahap. Selain itu, proyek Paul & Prive Condovilla di Marcs Boulevard, Batam, yang sudah topping off Februari lalu, ditargetkan serah terima pertengahan tahun ini.
Co-Founder & Group CEO Triniti Land, Ishak Chandra, menyatakan, “Pencapaian ini mencerminkan konsistensi kami menjalankan strategi yang terukur. Kami terus mengedepankan inovasi dan nilai tambah bagi konsumen, yang menjadi kunci pertumbuhan perusahaan.”
Direktur Keuangan Triniti Land, Danny Sutradewa, menambahkan, “Strategi kami tidak hanya ekspansi tapi juga penguatan internal, termasuk perbaikan struktur keuangan dan peningkatan kapabilitas tim untuk menjaga keberlanjutan perusahaan.”
Peluang Pasar Properti Didukung Kebijakan Pemerintah dan Tren Suku Bunga
Para pengembang properti optimistis kombinasi insentif fiskal dan tren suku bunga yang menurun akan terus mendorong pemulihan pasar properti hingga akhir 2025. Kebijakan seperti PPN Ditanggung Pemerintah memberikan stimulus kuat kepada konsumen untuk membeli properti di tengah dinamika ekonomi yang masih penuh tantangan.
Proyek residensial, khususnya hunian tapak, menjadi andalan karena potensi investasi jangka panjangnya dan daya tarik bagi kalangan end user. Pengembang juga mengadaptasi strategi pemasaran serta memperkuat internal perusahaan guna menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar.
Meskipun tekanan daya beli masih membayangi, sejumlah pengembang properti utama di Indonesia menunjukkan optimisme tinggi. Dengan dukungan insentif pajak dan tren suku bunga menurun, target penjualan tahun 2025 diyakini akan tercapai. Fokus pada proyek residensial strategis dan penguatan internal perusahaan menjadi kunci keberhasilan industri properti menghadapi dinamika pasar.