JAKARTA - Indonesia saat ini sedang berada pada titik kritis dalam perjalanan demokrasinya. Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan hal tersebut dalam sebuah ceramah yang diadakan di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada hari Senin. Acara bertajuk 'Ramadhan Public Lecturer' ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat kampus, tetapi juga publik dari berbagai daerah. Pernyataan tersebut mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan, termasuk pengamat politik dan aktivis demokrasi senior, Salim Hutajulu.
Rezim Dituding Mematikan Demokrasi
Menurut Anies Baswedan, demokrasi di Indonesia kini sedang mengalami ancaman serius. Dalam ceramahnya yang berlangsung selama satu setengah jam, Anies menegaskan bahwa rezim yang berkuasa saat ini kerap melakukan tindakan-tindakan yang tidak demokratis. "Rejim ini telah mengganti aturan main seenaknya, menyingkirkan lawan politik yang berpotensi menang, serta menguasai wasit," ujar Anies, merujuk pada pengalaman pribadi saat menjadi korban dalam Pilpres dan Pilkada Jakarta tahun lalu.
Pernyataan Anies ini disambut dengan dukungan dari berbagai kalangan, termasuk Salim Hutajulu. Dalam wawancaranya dengan KBA News pada Jum'at, 7 Maret 2025, Salim menyatakan bahwa dukungan terhadap Anies harus dilihat sebagai lambang perjuangan kemerdekaan sipil yang semakin terkekang. "Kondisi kehidupan secara ekonomis dan sosial makin susah akibat salah urus pemerintahan selama 10 tahun Jokowi berkuasa, ternyata tidak kunjung membaik. Pemerintahan Prabowo terkesan malah mengulangi kondisi yang dibuat Jokowi," ujar Salim.
Perlunya Gerakan Massa untuk Mengritisi Rezim
Anies Baswedan, salah satu kandidat presiden pada pemilu 2024, tetap menjadi magnet bagi rakyat yang menginginkan perubahan. Antusiasme luar biasa masyarakat terhadap ceramah Anies terlihat jelas, bahkan di luar kampus UGM. Setelah merampungkan acara di UGM, Anies juga menerima undangan ceramah di Masjid ITB, menunjukkan popularitas dan daya tariknya yang tidak surut meski kalah dalam Pilpres dengan banyak dugaan kecurangan.
Salim Hutajulu menekankan pentingnya peran masyarakat terdidik dalam menghadapi tantangan demokrasi ini. "Kalau masyarakat terdidik diam, maka rezim akan semakin congkak dan leluasa melakukan pelanggaran yang lebih menyakitkan rakyat," ungkap Salim, menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih kritis terhadap pemerintahan.
Kinerja Pemerintah Dinilai Buruk
Kritik terhadap pemerintahan Prabowo juga mengemuka, terutama terkait janji kampanyenya yang belum terwujud. Sudah hampir enam bulan berkuasa, Prabowo dinilai gagal memenuhi janji Makan Bergizi Gratis (MBG) dan malah melakukan pengetatan anggaran demi investasi yang dinilai tidak prioritas, yaitu Danantara. Danantara, sebuah holding company untuk mengelola dana aset BUMN bernilai Rp 14 Quadriliun, justru mendapat reaksi negatif dari pasar. Indeks saham terjun bebas dan nilai rupiah melemah drastis setelah pengumuman resmi berdirinya Danantara.
Salim menggambarkan situasi ini sebagai refleksi dari ketidakmampuan pemerintah untuk menghadapi tantangan ekonomi. "Kondisi ekonomi rakyat makin menyedihkan, PHK terjadi di mana-mana," tambahnya, merujuk pada pemutusan hubungan kerja yang terjadi di beberapa perusahaan besar seperti Sritex.
Anies Sebagai Simbol Harapan
Dalam situasi yang semakin menekan ini, Anies Baswedan muncul sebagai figur yang diharapkan dapat memberikan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. "Kekuatan sipil sekarang harus bersatu di belakang Anies melawan kebanalan pemerintah yang nampaknya tidak berdaya memperbaiki kondisi yang rusak parah," tegas Salim.
Dukungan publik terhadap Anies tidak datang tanpa alasan. Popularitas Anies yang tetap solid menunjukkan bahwa banyak masyarakat melihatnya sebagai simbol perubahan dan perbaikan demokrasi. Ia dinilai mampu menyuarakan kepentingan rakyat dengan lantang dan menjadi oposisi kuat terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.
Dalam konteks politik Indonesia yang penuh tantangan, peran tokoh seperti Anies Baswedan menjadi semakin penting. Dukungan masyarakat dan dorongan untuk bersatu dalam memperjuangkan demokrasi harus terus digalakkan. Situasi ini menjadi lebih dari sekadar sebuah tanggung jawab, melainkan keharusan untuk menjaga nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia yang mulai terkikis.
Melalui ceramah-ceramah dan kunjungannya yang mengundang perhatian besar, Anies memperlihatkan bahwa perjuangan belum berakhir dan masih ada harapan bagi masyarakat untuk meraih hidup yang lebih adil dan demokratis. Dukungan dan kritik harus sejalan untuk mencapai perubahan yang diharapkan rakyat. Dengan demikian, Anies Baswedan tidak hanya menjadi pusat perhatian, tetapi juga simbol dari perlawanan yang diperlukan saat ini.