Debu Tebal dan Pasir Berserakan di Jalan RE Martadinata: Dampak Proyek Tol Layang Harbour Road

Rabu, 19 Februari 2025 | 21:43:28 WIB
Debu Tebal dan Pasir Berserakan di Jalan RE Martadinata: Dampak Proyek Tol Layang Harbour Road

JAKARTA - Jalan RE Martadinata yang membentang sepanjang 2-3 kilometer dari Terminal Tanjung Priok hingga depan Stasiun Ancol, diselimuti debu tebal. Fenomena ini diduga berkaitan erat dengan kegiatan pembangunan Tol Layang Harbour Road (HBR) yang sedang berlangsung di kiri jalan. Proyek ini telah memasuki tahap krusial pemasangan fondasi tiang pancang, yang mengakibatkan tanah dan pasir menyebar ke seluruh jalur jalan, menghadirkan tantangan baru bagi para pengguna jalan.

Kondisi jalan yang diselimuti debu tidak hanya menurunkan kenyamanan berkendara, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan. "Saat cuaca panas, debu-debu ini berterbangan dan menutupi pandangan. Tapi yang paling mengganggu adalah ketika saya menghirupnya, rasanya sesak," ujar Arifin, salah satu pengendara yang kerap melintasi jalan tersebut.

Menurut pantauan di lokasi, banyaknya kendaraan besar seperti truk trailer dan kontainer yang melintas semakin memperparah kondisi, membuat debu beterbangan lebih hebat. Selain itu, tanah dan pasir yang berserakan sering kali membuat jalur menjadi licin, terutama setelah hujan mengguyur dan menyebabkan jalan berlumpur.

Proyek Pembangunan dan Dampaknya

Pembangunan Tol Layang HBR merupakan proyek ambisius yang dirancang untuk mengurai kemacetan di jalur utara Jakarta. Namun, dampak operasional awalnya sudah terasa merugikan bagi para pengguna jalan. Berdasarkan informasi dari Kompas.id, tahap pengerukan untuk pemasangan fondasi tiang pancang menjadi penyebab utama tanah dan pasir menyebar hingga ke jalan raya.

"Proses pembangunan ini memang sangat penting untuk infrastruktur, tapi kita harus mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan sekitar dan masyarakat pengguna jalan," kata Yuniarti, seorang warga setempat yang juga mengalami kesulitan saat berkendara.

Solusi dan Respons dari Pihak Terkait

Saat ini, warga sekitar berharap ada aksi nyata baik dari pihak kontraktor maupun pemerintah daerah untuk menangani permasalahan ini. Salah satu langkah yang diusulkan adalah lebih sering melakukan pembersihan jalan dan menerapkan pembatasan atau aturan tertentu bagi truk yang melintas, terutama selama tahap konstruksi berlangsung.

Pihak terkait diharapkan tidak hanya memprioritaskan kelancaran proyek, tetapi juga memperhatikan dampak negatif yang dirasakan masyarakat. Hal ini mencakup pemasangan pagar pelindung di sekitar lokasi proyek untuk mencegah tanah berhamburan ke jalan serta penyediaan fasilitas penyiraman jalan secara berkala untuk menurunkan intensitas debu.

Risiko Kesehatan dan Kenyamanan Masyarakat

Debu yang beterbangan dan pasir yang berserakan tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama pernapasan dan gangguan penglihatan bagi pengendara. "Memang debu ini mengganggu, terutama bagi kami yang beraktivitas hampir setiap hari di sini. Harus waspada dengan kesehatan," tutur Rahma, seorang pejalan kaki yang mengeluhkan kondisi serupa.

Menghadapi permasalahan ini, para pengguna jalan dianjurkan untuk menggunakan masker sebagai pelindung dari debu, serta berkendara dengan lebih hati-hati terutama jika jalanan dalam kondisi licin. Pihak pemerintah setempat diharapkan dapat bertindak cepat dalam menangani keluhan warga demi memastikan keselamatan dan kenyamanan masyarakat tetap terjaga.

Terkini

Danantara Jadi Pilar Strategis Kemandirian Fiskal Indonesia

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:22 WIB

Hutama Karya Rayakan Harhubnas Dengan Jembatan Ikonik

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:21 WIB

Jasa Marga Tingkatkan Layanan Tol Cipularang Padaleunyi

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:19 WIB

Waskita Karya Garap Proyek Budidaya Ikan Nila

Rabu, 10 September 2025 | 18:30:17 WIB