JAKARTA - Di tengah tuntutan global untuk menekan emisi karbon, Pertamina, perusahaan energi milik negara, mengambil langkah besar dalam memperkuat ketahanan energi Indonesia sambil meminimalkan dampak lingkungan. Dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil yang mengusung tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta pada Selasa, 18 Februari 2025, Henricus Herwin, SVP Strategy & Investment Pertamina, memaparkan berbagai strategi perusahaan untuk menghadapi tantangan ini.
Henricus Herwin menekankan bahwa salah satu fokus utama Pertamina adalah memaksimalkan nilai di sektor hulu dan meningkatkan fleksibilitas di kilang minyak untuk mendukung ketahanan energi. "Dengan begitu, kilang kami bisa memproduksi mulai dari bensin, avtur, hingga produk lainnya," jelas Henricus. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi tetapi juga untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar emisi yang rendah.
Sebagai bagian dari komitmen untuk mengurangi emisi karbon, Pertamina gencar mengembangkan penggunaan biofuel, khususnya biosolar, yang kini sudah banyak digunakan di Indonesia. Henricus menyebutkan bahwa Indonesia telah berhasil mandiri dalam memproduksi biosolar dari campuran minyak sawit domestik. "Kami juga berupaya memproduksi bioetanol untuk avtur, atau disebut juga bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/SAF). Jadi kami membuat kilang Pertamina mampu membuat produk-produk (rendah emisi) ini," ujarnya.
Selain biofuel, Pertamina juga serius dalam mengembangkan sumber energi terbarukan lainnya seperti panas bumi. Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang melimpah, dan melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina mengembangkan potensi panas bumi dengan kapasitas hingga 3 Giga Watt (GW). "Untuk panas bumi, kami mengakui bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar, dan kami siap untuk mengembangkannya," ungkap Henricus.
Pengembangan potensi panas bumi ini dianggap sangat penting karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Dengan memanfaatkan sumber energi ini secara optimal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Pertamina juga tidak ketinggalan dalam penerapan teknologi terkini seperti Carbon Capture and Storage (CCS) yang fokus pada pengendalian emisi karbon dari proses produksi energi. Teknologi ini memungkinkan penangkapan dan penyimpanan CO2 sehingga tidak dilepaskan ke atmosfer. "Untuk mempersiapkan transformasi ini, baik engineer kami, bagian riset dan pengembangan, hingga mempersiapkan sumber daya manusianya untuk mempersiapkan diri dalam dinamika sektor energi," tambah Henricus.
Dengan memanfaatkan teknologi CCS, Pertamina berharap dapat meminimalisir dampak dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi terhadap lingkungan, sekaligus memastikan ketahanan energo tetap terjaga. Teknologi ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dalam rangka mencapai target pengurangan emisi yang lebih ambisius di masa depan.
Henricus juga menyoroti pentingnya mengakselerasi inovasi dan transformasi dalam perusahaan agar dapat menghadapi perubahan besar dalam industri energi. "Jadi bisa dilihat, misi untuk mengurangi emisi tidak kontras dengan bisnis sektor energi, melainkan dapat menciptakan potensi baru," ujarnya.
Pertamina berkomitmen untuk terus meningkatkan investasi dalam teknologi hijau dan pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Dengan adanya pelatihan dan peningkatan keterampilan, diharapkan dapat membangun tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan dan peluang dalam era transisi energi ini.
Secara keseluruhan, strategi Pertamina yang mencakup peningkatan fleksibilitas produksi, pengembangan energi baru terbarukan, serta penerapan teknologi canggih seperti CCS, menunjukkan bahwa perusahaan ini tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga kepedulian terhadap lingkungan dan ketahanan energi bangsa. Dengan visi ke depan yang jelas, Pertamina siap menjadi pelopor dalam transisi energi bersih di Indonesia.