Peran Akupuntur dalam Tatalaksana Kanker: Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien

Selasa, 18 Februari 2025 | 01:44:06 WIB
Peran Akupuntur dalam Tatalaksana Kanker: Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien

JAKARTA - Dalam dunia medis yang terus berkembang, metode pengobatan alternatif seperti akupuntur mulai mendapatkan perhatian lebih, terutama dalam pengelolaan dan tatalaksana pasien kanker. Dr. Imtiaz A. Surapaty, seorang dokter spesialis akupuntur di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono, menegaskan bahwa akupuntur dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi nyeri yang muncul sebagai efek samping dari pengobatan kanker konvensional serta menjadi bagian dari penanganan paliatif.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Dr. Imtiaz menggarisbawahi bahwa pengobatan kanker seperti kemoterapi dan kemoradiasi sangat mungkin menyebabkan sejumlah efek samping yang signifikan, termasuk muntah-muntah hebat dan kelelahan. "Akupuntur medis hadir sebagai solusi untuk menangani gejala-gejala tersebut," tuturnya. Menurutnya, akupuntur dapat menjadi bagian integral dalam pendekatan pengobatan yang holistik.

Namun, Dr. Imtiaz juga menegaskan bahwa akupuntur tidak bertujuan untuk mengobati tumornya sendiri. "Tetapi kalau untuk tumornya sendiri ataupun misalkan ada benjolan, nah itu akupuntur bukan ranah di sana untuk pengobatannya. Jadi, sebaiknya memang dikombinasikan antara terapi farmakologi, yang obat, dan juga non-farmakologi," jelasnya. Kombinasi ini bertujuan untuk menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dalam menangani gejala sampingan serta meningkatkan kesejahteraan pasien secara keseluruhan.

Teknik akupuntur melibatkan penusukan pada titik-titik tertentu di tubuh yang, menurut Dr. Imtiaz, dapat menghasilkan beta endorfin. "Beta endorfin adalah senyawa yang efektif untuk mengurangi rasa sakit serta meningkatkan relaksasi," katanya. Pengetahuan bahwa akupuntur dapat merangsang pelepasan endorfin memberikan satu alasan tambahan mengapa terapi ini semakin dianggap penting dalam perawatan paliatif untuk kanker.

Banyak pasien dari berbagai rentang usia bisa mendapatkan manfaat dari terapi ini. Namun, Dr. Imtiaz mengingatkan bahwa terdapat beberapa kondisi yang membuat terapi ini tidak dapat dilakukan. Misalnya, dalam kondisi kegawatdaruratan akupuntur tidak boleh dilakukan. "Kemudian yang ketiga, misalkan ada pasiennya gangguan pembekuan darah, itu kita tidak lakukan," tambahnya. Dia juga menyatakan, "Kalau ada demam tinggi misalkan di atas 39 atau 40 derajat Celsius, ya itu kita tidak lakukan dahulu."

Berkaitan dengan persiapan sebelum menjalankan terapi, Dr. Imtiaz menyarankan agar pasien memastikan kondisi tubuh yang cukup istirahat dan nutrisi. "Sebelum terapi, saya menyarankan bagi pasien untuk makan dan tidur yang cukup agar lebih rileks saat terapi berlangsung," ungkapnya. Rasa rileks akan membantu meningkatkan efektivitas jalannya terapi.

Bagi pasien yang tertarik untuk mencoba akupuntur, Dr. Imtiaz memberikan panduan sederhana mengenai frekuensi terapi. "Adapun terapi tersebut, sebaiknya dilakukan dua kali dalam seminggu, atau 1 seri akupuntur yakni 10 kali sesi," terangnya. Namun, ia menambahkan jika ada kendala teknis yang membuat pasien tidak dapat memenuhi 10 sesi, maka jumlah minimum yang direkomendasikan adalah 6 kali sesi. Selain itu, akupuntur sebaiknya dilakukan 1-7 hari sebelum kemoterapi atau kemoradiasi. "Hal ini berguna untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi sehingga tidak terlalu berat," sarannya.

Walaupun memiliki sejumlah manfaat, akupuntur juga memiliki potensi efek samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi antara lain memar di sekitar titik akupuntur, rasa ngilu, serta potensi infeksi. Dr. Imtiaz menekankan pentingnya penerapan konsep keselamatan pasien serta menjaga higienitas untuk menghindari infeksi. "Namun dengan menerapkan konsep keselamatan pasien serta higienitas, infeksi dapat dihindari," jelasnya.

Lebih lanjut, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut mengenai akupuntur sebagai bagian dari tatalaksana kanker, termasuk memahami bagaimana metode ini dapat dikombinasikan secara optimal dengan pengobatan konvensional. Seiring dengan peningkatan minat terhadap pengobatan holistik, memahami manfaat akupuntur dan bagaimana memasukkannya ke dalam protokol perawatan dapat memberikan pilihan yang lebih beragam dan personal bagi pasien.

Dalam penutupan, penting sekali untuk tetap berkonsultasi dengan tim medis yang menangani sebelum memulai terapi ini. Akupuntur dapat menjadi pelengkap yang bermanfaat dalam perawatan kanker, meningkatkan kualitas hidup pasien dan menawarkan harapan dan kenyamanan di tengah perjalanan melawan penyakit kanker. "Dengan bimbingan yang tepat, akupuntur dapat menjadi bagian dari strategi perawatan yang meningkatkan kesejahteraan pasien," pungkas Dr. Imtiaz.

Terkini